TATA TERTIB dan ATURAN LOMBA DEBAT SOSPOL 2013

TATA TERTIB DAN PERATURAN

LOMBA DEBAT SOSPOL 2013

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

 

 

KETERANGAN UMUM:

  1. Berikut ini adalah Tata Tertib dan Peraturan Lomba Debat Sosial Politik yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
  2. Panitia Lomba Debat Sospol berkuasa penuh untuk mengubah Tata Tertib dan Peraturan jika diperlukan. Keputusan panitia tidak dapat diganggu gugat.
  3. Kompetisi debat diikuti oleh 16 tim.
  4. Hal-hal yang belum tercantum  akan ditentukan kemudian oleh panitia sebagaimana mestinya.
  5. Semua ketentuan bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
  6. Peserta yang tidak mengikuti Technical Meeting dianggap menyetujui semua Tata Tertib dan Peraturan yang telah ditetapkan.

                                                                                                                     

”FORMAT DEBAT YANG DIPAKAI ADALAH AUSTRALS PARLIAMENTARY YANG DISESUAIKAN DENGAN LOMBA DEBAT SOSPOL”

 

 

Bagian Satu

Format Kompetisi

1.1.    Kompetisi ini menggunakan sistem gugur dalam setiap babak. Keseluruhannya dilaksanakan dalam 4 tahap, yakni penyisihan, perempat final, semi final, dan final.

1.2.    Dalam setiap babak penyisihan terdiri dari beberapa sesi, yang akan diundi saat registrasi Technical Meeting.

1.3.    Dalam sebuah pertandingan terdiri atas 2 tim (Tim Pemerintah dan Tim Oposisi). Tim Pemerintah mendukung mosi (pro), sedangkan Tim Oposisi menentang mosi (kontra).

1.4.    Debat akan dinilai oleh tiga orang Dewan Juri. Dari ketiga Dewan Juri ini akan ditetapkan salah satu juri oleh panitia penyelenggara sebagai Ketua Dewan Juri.

1.5.    Durasi waktu debat akan diawasi oleh seorang time keeper yang telah ditunjuk oleh panitia penyelenggara.

1.6.    Sebuah tim terdiri dari 3 orang anggota. Tim dapat bertanding jika anggotanya lengkap. Tim tidak dibolehkan mengganti atau menambahkan anggota selama pertandingan berlangsung. Anggota tim ini terbagi menjadi:

1.6.1. TIM PEMERINTAH atau TIM PRO

a) Prime Minister (PM)

b) Deputy Prime Minister (DPM)

c) Government Whip (GW)

1.6.2. TIM OPOSISI atau TIM NEGATIF

a) Leader of Opposition (LO)

b) Deputy Leader of Opposition (DLO)

c) Opposition Whip (OW)

1.7.    Anggota tim memiliki kesempatan untuk bicara dengan urutan sebagai berikut:

(a) Prime Minister (PM)

(b) Leader of Opposition (LO)

(c) Deputy Prime Minister (DPM)

(d) Deputy Leader of Opposition (DLO)

(e) Government Whip (GW)

(f) Opposition Whip (OW)

(g) Reply Speaker Opposition (Pidato Jawaban disampaikan oleh LO/DLO)

(h) Reply Speaker Government (Pidato Jawaban disampaikan oleh PM/DPM)

1.8.    Poin (a) sampai (f) diatas merupakan pidato utama, sedangkan poin (g) dan (h) merupakan pidato jawaban atau kesimpulan.

1.9.    Debat menggunakan Bahasa Indonesia yang baku.

1.10.  Jalannya debat akan dipandu oleh seorang moderator (panitia).

(more…)

MOSI DEBAT SOSPOL

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

  1. Kebebasan beropini dan berkomentar di dunia maya
  2. Indonesia butuh pinjaman uang dari luar negeri
  3. Hukuman mati untuk pelaku korupsi
  4. Penanaman bahasa asing (inggris) sejak dini
  5. Pembatasan kendaraan pribadi di Indonesia
  6. Solusi kemacetan berupa penaikkan tarif parkir
  7. Pemberlakuan tes keperawanan bagi calon siswa SMA
  8. Pejabat dari kalangan artis
  9. Peran kedutaan besar Indonesia di luar negeri
  10. Penyelenggaraan Ujian Nasional SMA
  11. Pemindahan ibu kota RI ke Kalimantan
  12. Menjamurnya minimarket
  13. Penyelenggaraan program BLSM
  14. Penyelenggaraan Miss World di Indonesia
  15. Pembatasan pengiriman TKI
  16. Wajib militer bagi laki-laki untuk meningkatkan pertahanan Indonesia
  17. Pemberlakuan hukum pidana bagi anak dibawah 17 tahun
  18. Program mobil murah
  19. Pimpinan lembaga negara sekaligus menjabat fungsionaris parpol
[ FORMULIR ] SPEAK UP : “Kompetisi Suara Mahasiswa se-DIY”

[ FORMULIR ] SPEAK UP : “Kompetisi Suara Mahasiswa se-DIY”

pamflet SC fix

“PEMUDA MASA KINI  INDONESIA MASA DEPAN”

Sub Tema : sosbud, politik, ekonomi, pendidikan

Registrasi : Rp 5.000,-

Tanggal pelaksanaan : 26 Oktober 2013

Teknis pembayaran :

– melalui bank,  dg No. rek.: 900-00-1698492-5 a.n Resti Syara Ronita

– Melalui Stand di Sekreatriat BEM FMIPA UNY

 

Alur lomba :

– Mengisi formulir (dapat diunduh di web)

– Membayar dan mengirim bukti pembayaran, formulir serta essay ke email: speakup.uny@gmail.com, konfirmasi lewat sms ke no. 08562934088 atau datang langsung ke stand (membayar dan memberi  softcopy essay serta formulir kepada petugas stand)

– 20 peserta dengan essay terbaik akan diundang untuk menampilkan karyanya dalam bentuk orasi dan dikenakan biaya tambahan Rp 15.000,-

 

Syarat dan ketentuan :

– Syarat: Mahasiswa Aktif D3/S1 PTN/PTS se-DIY

– Ketentuan:

  1. Essay maksimal 2 halaman F4
  2. Spasi 1.5, Font Times New Roman (12), Justify,  T: 4, L:4, B:3, R:3
  3.  Bahasa Indonesia sesuai EyD dan isi sesuai tema
  4. Karya Orisinil dan belum pernah dipublikasikan
  5. Jika menggunakan sumber, disertakan daftar pustaka

 

Deadline pengumpulan essay: 20 Oktober 2013

Tanggal pelaksanaan final lomba: 26 Oktober 2013

 

HADIAH

Juara I : uang pembinaan,sertifikat,dan tropi Gubernur

Juara I : uang pembinaan,sertifikat,dan tropi Rektor

Juara I : uang pembinaan,sertifikat,dan tropi Dekan

 

FORMULIR PENDAFTARAN dapat diunduh dengan mengeklik link ini –> DOWNLOAD

 

Cp : 

– Dewi (087700078195)

– Rizky A.S (089678691410)

– Mentari (08562934088)

 

 

Adil Bukan Berarti Sama Rata

Adil Bukan Berarti Sama Rata

Kondisi pendidikan di Indonesia ternyata masih jauh dari idealitas yang selama ini diharapkan. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional sejauh ini masih banyak ditemukan masalah di mana-mana.

Mulai dari akses pendidikan yang kurang merata, infrastruktur yang kurang memadai bahkan berkualitas rendah, serta kurikulum yang selalu berubah.

Tak perlu jauh berkaca. Flashback, pelaksanaan Ujian Nasional 2013 yang akhirnya terpaksa mengalami penundaan untuk beberapa wilayah di Indonesia dapat menjadi salah satu cermin tentang realitas sistem pendidikan di negeri ini. Selain itu, ketersediaan infrastruktur pendidikan yang belum mantap pun menjadi satu alasan tersendiri untuk menyebut pendidikan di Indonesia masih carut marut. Hal itu ternyata menimbulkan pengaruh yang sangat kompleks terhadap semakin sulitnya pendidikan dikatakan berhasil dalam mencetak generasi bangsa unggul. (www.merdeka.com)

Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam. Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data, seperti tingkat kelulusan antara tahun 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan, peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki “budaya” pendidikan. (sumber: BBC Indonesia)

Ya, budaya pendidikan. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (red: KBM) di Indonesia sejauh ini belum dapat dikatakan berbudaya mendidik. Meski tak semuanya, secara umum guru hanya mengajar, memberi tugas, menilai, dan selesai. Esensi pendidikan yang dicari justru tak kunjung didapatkan oleh siswa. Terlebih lagi sistem pendidikan yang carut marut justru membebani siswa dengan banyak pikiran. Bukankah tujuan pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Cerdas moral dan cerdas akal, bagaimana tujuan itu akan tercapai bila siswa justru dipaksa memikirkan hal-hal yang sebenarnya ia tak suka bahkan memiliki keterbatasan di dalamnya?

Sistem pendidikan di Negara ini dapat kita analogikan dengan karikatur di atas. Semua siswa diberi beban yang sama, dipaksa menyelesaikan persoalan yang sama, padahal jelas kita semua tahu bahwa kemampuan masing-masing individu itu berbeda. Ya, adil bukan berarti sama rata. Setiap manusia sudah dibekali kelebihan dan kekurangan masing-masing oleh Sang Pencipta. Akan tetapi apa yang terjadi kini seolah-olah melawan kodrat. Bahkan siswa dibebani banyak mata pelajaran yang belum tentu nantinya akan menunjang profesi mereka. Sungguh ironi, berbeda sekali dengan sistem yang diterapkan oleh Negara-negara yang sektor pendidikannya maju, katakanlah Finlandia.

Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation. kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di Finlandia memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. tentunya dengan fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota. (Masykur Mahmud, 2012)

Sedangkan Indonesia? 17 mata pelajaran dibebankan sekaligus kepada siswa. Dapat dibilang hampir semuanya masih text book orienting. Alhasil lebih jauh kepenatan yang dirasakan ketimbang ilmu yang didapatkan. Disamping itu, adanya 3 kali UN yang harus dijalani sungguh menghantui pikiran para siswa. Di Finlandia, sepanjang bersekolah hanya dilakukan 1 kali tes penilaian yang bisa dianalogikan dengan UN di Indonesia, yakni hanya ketika siswa berumur 16 tahun. Di sisi lain, factor yang turut menjadi pemicu rendahnya daya saing Indonesia di bidang pendidikan adalah rendahnya profesionalitas guru.  Seluruh guru di Finlandia sudah menyandang gelar Master. Bahkan keselektifan yang patut dicontoh adalah Finlandia menerapkan peraturan hanya mahasiswa dengan kemampuan top ten  di kampus masing-masing yang dapat diterima menjadi guru di Finlandia. Berbeda halnya dengan Indonesia, yang bahkan beberapa guru masih dalam proses mengejar kelulusan setara S1. Ngeri bukan?

Kembali ke persoalan utama. Sistem pendidikan di Indonesia dirasa perlu diperbarui. Juga kurikulum 2013 yang masih kontroversial, mungkin perlu ditinjau kembali. Siswa mengenyam pendidikan untuk memperoleh ilmu, bukan untuk dijejali ilmu. Membangun bangsa yang berkualitas dimulai dari menguatkan terlebih dulu pondasinya, yaitu pemuda. Pemuda (red: siswa) hendaknya diberi kebebasan mengasah keahlian sesuai bakat mereka. Biarkan mereka fokus pada hal yang dituju.

Sementara itu, perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia tidak bisa dilakukan semata oleh pemerintah saja, perlu dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam melakukan perubahan untuk meningkatkan dan memeratakan kualitas pendidikan. Juga perlu upaya konkrit untuk mengatasinya. Mulai dari diri kita. Kita yang nantinya akan menggantikan mereka. Kita yang kelak akan duduk di kursi pemerintahan, menyusun strategi dan kurikulum yang Indonesia butuhkan. Kita yang katanya calon pendidik, bersungguh-sungguhlah menjadi sang agen perubahan.

Sekecil apapun bentuknya, Indonesia butuh kontribusi kita. Semangat berbagi, selamat mengabdi!

 

oleh : Nibras Isty Putri

Pendidikan Fisika Subsidi 2012

Belajar Biar Pintar atau Mencari Gelar?

Belajar Biar Pintar atau Mencari Gelar?

Oleh : Siswa Sekolah Menulis 2013

Bisa duduk di bangku kuliah merupakan anugerah Allah yang patut disyukuri. Bagaimana cara mensyukurinya? Banyak jalan untuk menunjukkan rasa syukur kita, salah satunya adalah dengan belajar. Belajar tidak hanya duduk manis di kelas dan membaca buku, tetapi belajar yang lebih dari itu. Belajar berorganisasi, belajar berinteraksi, belajar komunikasi, belajar bergaul, belajar, belajar dan belajar.

Paradigama pemahaman yang keliru, jika kuliah hanya mengejar nilai dan gelar. Banyak di antara kita yang takut nilainya jelek atau takut IPK-nya ‘jeblok’ sehingga kita menjadi mahasiswa yang hanya sekedar kuliah, mengerjakan tugas dan lulus. Perlu disadari bahwa tujuan kuliah bukan hanya untuk mencari pekerjaan ataupun mencari gelar yang bergengsi tetapi untuk mendapatkan ilmu yang nantinya akan diterapkan di kehidupan mendatang.

              Tidak sedikit orang yang tidak bergelar tetapi berilmu dan mempunyai nilai hidup, karena mereka belajarnya bukan untuk mencari gelar tetapi mencari ilmu pengetahuan, dan tidak sedikit orang yang bergelar tetapi tidak berilmu dan tidak bernilai.  Dan pada akhirnya, seperti kata orang bijak “semua adalah pilihan“. Semua ada plus dan minusnya sendiri.

            Tidak hanya mahasiswa, siswa SD, SMP hingga SMA dituntut untuk lulus ujian dengan nilai yang tinggi. Lihat saja, menjelang UN sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya berlomba-lomba untuk meluluskan siswanya. Tujuan utama sekolah yaitu mencari ilmu seakan telah ‘kabur’.

So, tetap melakukan yang terbaik, bukan sekedar mencari gelar, akan tetapi  ILMUlah yang sejatinya kita butuhkan.

RUMAH BELAJAR ‘KARAKTER’

RUMAH BELAJAR ‘KARAKTER’

RUMAH BELAJAR ‘KARAKTER’

oleh : Mohamad Aziz Ali

logo-rumah-belajar-copy

            Pendidikan merupakan ranah yang unik karena masyarakat dari seluruh lapisan,latar belakang, baik itu insinyur, dokter, petani, pedagang, ataupun petugas parkir, menaruh perhatian yang menyentuh terhadap dinamika pendidikan bangsa ini. Pendidikan menjadi proses sepanjang hayat yang kita alami, hayati dan implementasikan dalam dinamika kehidupan. Pendidikan juga didaulat sebagai kerangka pembangunan dan cita-cita bangsa Indonesia. Pendidikan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam setiap generasi demi keberlangsungan dan perkembangan sebuah negara.

            Dewasa ini SDM yang dimiliki oleh bangsa Indonesia semakin menurun kualitasnya. Indikasinya dapat dilihat dari proses, output, dan outcome pendidikan di Indonesia. Proses meliputi manajemen kebijakan yang seringkali dihujat tidak berpihak pada aksesibilitas seluruh lapisan masyarakat, orientasi pendidikan yang cenderung hanya pada pengajaran, dan mutu penyelenggaraan pendidikan yang kurang merata. Kemudian output pendidikan yang ditengarai kurang berkompeten sehingga belum bisa menjadi outcome yang benar-benar terkaryakan. Dari kesemuanya itu, disadari atau tidak degradasi moral menjadi kunci penyebabnya.

            Semakin maraknya aktifitas penyimpangan yang dilakukan oleh kaum penerus generasi bangsa ini menjadi indikasi lain dari penurunan kualitas SDM bangsa Indonesia, khususnya kualitas karakter. Contohnya seperti meningkatnya angka pertikaian antar sekolah ataupun meningkatnya para siswa-siswa yang terjebak dalam narkoba, pornografi, dan hal negatif lainnya. (more…)

MENCARI SOSOK TELADAN DI ZAMAN KINI

MENCARI SOSOK TELADAN DI ZAMAN KINI

oleh : Mohamad Aziz Ali

            Pendidikan karakter sebagai obat untuk menawar krisis moral dewasa ini memang telah kita yakini sebagai salah solusi tepat, walaupun hingga saat ini keberhasilannya belum begitu tampak secara massif. Sesungguhnya, agar pendidikan karakter dapat diimplementasikan secara efektif, sangat diperlukanlah figur teladan karakter itu sendiri. Bukan figur dalam bentuk buku, tesis atau disertasi, namun riil seorang hamba Tuhan, pemimpin di muka bumi, yakni seorang manusia berkarakter. Tentunya, manusia ini senantiasa mencitrakan teladan yang ideal, yang membawa pada kemaslahatan sikap hidup.

            Kalau boleh jujur, sebenarnya gejala krisis moral dalam kehidupan masyarakat seperti KKN, kenakalan remaja, tindakan asusila remaja, tindakan kekerasan, dan berbagai tindakan negatif lainnya telah menjamah berbagai lapisan masyarakat dewasa ini. Anehnya, beberapa diantaranya seplah-olah telah mendapat pembenaran dalam kehidupan sehari-hari, dan sulit diatasi. Gejala-gejala itu, khususnya yang berkaitan dengan remaja (generasi penerus kebangkitan bangsa), tidak lepas dari belum berhasilnya keluarga, lembaga pendidikan serta pemerintahan menghadirkan sosok teladan. Teladan karakter!

            Ketika ditanya siapa figur teladan karakter itu? Tentu kita sepakat bahwa guru (pendidik) jelas didaulat untuk mengemban amanah mulia ini. Guru-lah yang mula-mula menjadikan dirinya personifikasi dari nilai-nilai karakter pendidika (manusia). Jika peserta didik diharapkan menjadi manusia religius, guru-lah yang harus telah menjadi manusia “paling religius”, setidaknya di kelas. Jika peserta didik diharapkan menjadi manusia jujur, guru-lah orang yang harus paling jujur. Sebagai teladan karakter yang demikian, seorang guru jangan terlalu terbuai dengan pameo “murid seyogianya menjadi lebih dari gurunya”, sehingga guru tidak berusaha memelihara dan meningkatkan kualitas keteladanannya. (more…)

Optimisme Potensi Bangsa Untuk Indonesia Bersinar

JANGAN LAGI AKU, TAPI KITA

Oleh : Mohamad Aziz Ali

(Sekjend BEM FMIPA UNY periode 2012-2013)

 

            Aku menulis dengan sebuah keyakinan bahwa kita bersama bisa saling dukung demi kemajuan republik dan bangsa kita. Aku yakin karena sejarah sudah membuktikan bahwa republik ini berdiri, tumbuh dan berkembang seperti sekarang karena ditopang oleh anak-anak muda yang tecerdaskan, tangguh dan energik. Sungguh, pemuda penggerak kemajuan bangsa menjadi barisan yang memiliki ketinggian visi yang besar hingga memilki energi potensial yang besar sejalan dengan konsep energi dalam fisika.

            Hari ini kondisi kita jauh lebih maju daripada saat kita menyatakan merdeka. Saat republik berdiri, masyarakat  buta huruf mencapai angka 95%. Bayangkan betapa beratnya beban para pemuda pemimpin republik muda di waktu itu. Mereka harus menggerakan kemajuan dari titik nol. Puluhan juta rakyatnya sanggup mengangkat bambu runcing melawan senapan canggih, berjuang dalam revolusi kemerdekaan, namun tidak sanggup menuliskan namanya sendiri. Hari ini melalui kerja kolektif seluruh bangsa, kita berhasil memutarbalikan hingga tinggal sekitar 8% yang buta huruf. Tidak banyak bangsa besar di dunia yang dalam waktu 66 tahun bisa berubah sedrastis ini. Ingat bangsa besar dengan segala keragaman yang dapat menghambat kemajuan. Namun saat ini kita saksikan bahwa keragaman yang kita miliki ini yang menjadikan kita maju dalam harmoni persatuan yang indah. Lepas dari beberapa konflik yang memang tidak dapat terelakkan, kita telah mafhum bahwa konflik perbedaan muncul sebagai media belajar kita untuk menambah nutrisi toleransi kita. (more…)