by admin | Sep 23, 2013 | Opini, Uncategorized |
MENCARI SOSOK TELADAN DI ZAMAN KINI
oleh : Mohamad Aziz Ali
Pendidikan karakter sebagai obat untuk menawar krisis moral dewasa ini memang telah kita yakini sebagai salah solusi tepat, walaupun hingga saat ini keberhasilannya belum begitu tampak secara massif. Sesungguhnya, agar pendidikan karakter dapat diimplementasikan secara efektif, sangat diperlukanlah figur teladan karakter itu sendiri. Bukan figur dalam bentuk buku, tesis atau disertasi, namun riil seorang hamba Tuhan, pemimpin di muka bumi, yakni seorang manusia berkarakter. Tentunya, manusia ini senantiasa mencitrakan teladan yang ideal, yang membawa pada kemaslahatan sikap hidup.
Kalau boleh jujur, sebenarnya gejala krisis moral dalam kehidupan masyarakat seperti KKN, kenakalan remaja, tindakan asusila remaja, tindakan kekerasan, dan berbagai tindakan negatif lainnya telah menjamah berbagai lapisan masyarakat dewasa ini. Anehnya, beberapa diantaranya seplah-olah telah mendapat pembenaran dalam kehidupan sehari-hari, dan sulit diatasi. Gejala-gejala itu, khususnya yang berkaitan dengan remaja (generasi penerus kebangkitan bangsa), tidak lepas dari belum berhasilnya keluarga, lembaga pendidikan serta pemerintahan menghadirkan sosok teladan. Teladan karakter!
Ketika ditanya siapa figur teladan karakter itu? Tentu kita sepakat bahwa guru (pendidik) jelas didaulat untuk mengemban amanah mulia ini. Guru-lah yang mula-mula menjadikan dirinya personifikasi dari nilai-nilai karakter pendidika (manusia). Jika peserta didik diharapkan menjadi manusia religius, guru-lah yang harus telah menjadi manusia “paling religius”, setidaknya di kelas. Jika peserta didik diharapkan menjadi manusia jujur, guru-lah orang yang harus paling jujur. Sebagai teladan karakter yang demikian, seorang guru jangan terlalu terbuai dengan pameo “murid seyogianya menjadi lebih dari gurunya”, sehingga guru tidak berusaha memelihara dan meningkatkan kualitas keteladanannya. (more…)
by admin | Sep 23, 2013 | Opini, Uncategorized |
JANGAN LAGI AKU, TAPI KITA
Oleh : Mohamad Aziz Ali
(Sekjend BEM FMIPA UNY periode 2012-2013)
Aku menulis dengan sebuah keyakinan bahwa kita bersama bisa saling dukung demi kemajuan republik dan bangsa kita. Aku yakin karena sejarah sudah membuktikan bahwa republik ini berdiri, tumbuh dan berkembang seperti sekarang karena ditopang oleh anak-anak muda yang tecerdaskan, tangguh dan energik. Sungguh, pemuda penggerak kemajuan bangsa menjadi barisan yang memiliki ketinggian visi yang besar hingga memilki energi potensial yang besar sejalan dengan konsep energi dalam fisika.
Hari ini kondisi kita jauh lebih maju daripada saat kita menyatakan merdeka. Saat republik berdiri, masyarakat buta huruf mencapai angka 95%. Bayangkan betapa beratnya beban para pemuda pemimpin republik muda di waktu itu. Mereka harus menggerakan kemajuan dari titik nol. Puluhan juta rakyatnya sanggup mengangkat bambu runcing melawan senapan canggih, berjuang dalam revolusi kemerdekaan, namun tidak sanggup menuliskan namanya sendiri. Hari ini melalui kerja kolektif seluruh bangsa, kita berhasil memutarbalikan hingga tinggal sekitar 8% yang buta huruf. Tidak banyak bangsa besar di dunia yang dalam waktu 66 tahun bisa berubah sedrastis ini. Ingat bangsa besar dengan segala keragaman yang dapat menghambat kemajuan. Namun saat ini kita saksikan bahwa keragaman yang kita miliki ini yang menjadikan kita maju dalam harmoni persatuan yang indah. Lepas dari beberapa konflik yang memang tidak dapat terelakkan, kita telah mafhum bahwa konflik perbedaan muncul sebagai media belajar kita untuk menambah nutrisi toleransi kita. (more…)
by admin | Sep 23, 2013 | Opini, Uncategorized |
MENGAKRABKAN SAINS DENGAN MEDIA
oleh: Mohamad Aziz Ali
(Sekjend BEM FMIPA UNY periode 2012-2013)
Apa perbedaan antara sains dan media? Sangat banyak tentunya perbedaan yang menjelaskan pengertian keduanya. Hal ini karena media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah”, perantara atau dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2002 : 3), berupa sarana komunikasi dalam bentuk cetak, video, audio, maupun online, sedangkan sains, berdasarkan webster new collegiate dictionary adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam. Satu hal lagi, perbedaan antara media dan sains ialah persepsi orang dalam mencerna kedua hal tersebut, khususnya orang Indonesia, yang secara tidak sadar mencerminkan “alergi” atau kurangnya minat dan kesadaran akan pentingnya sains. Contoh sederhananya, coba saja cerna definisi media dan sains diawal paragraf ini. Nuansa apa yang pembaca secara umum rasakan ketika membandingkan definisi antara keduanya?
Perbedaan tadi tentu tidak menarik untuk di diskusikan, dan yang memicu pemenuhan kebutuhan diskusi justru pertanyaan: Apa hubungan sains dan media? Melihat fenomena kemajuan sains yang menjadi pilar kemajuan dan kemandirian suatu bangsa, seperti yang terjadi di China, Jepang, Jerman, bahkan mantan negara berkembang sekaliber India, menjadi sangat menarik dan penting untuk mendiskusikan dua entitas yang seakan berbeda ini, namun menyimpan relasi antara keduanya: sebuah relasi pertemanan.
(more…)
by admin | Jun 17, 2013 | Opini, Uncategorized |
Participating the International Youth Forum: Building Peace in the World
By Siti Sulastri (KOMINFO BEM FMIPA 2013)
World peace has always been a highlight in various international forums and organizations. Many forums had raised the issue in a various conferences, such as the International Youth Forum with the theme The Role of Youth: Action on the Millennium Development Goals Toward a Peaceful World (June 2008), Indonesian Youth Forum with the International Interfaith Young Leaders Conference; Interfaith Summit 2012 (October 2012), Munich: The International Peace Conference (February 2013) and which will be held in Thailand on next May 2013 is the Youth Peace Ambassador International (YPA6) Training Workshop: From Ethical Minds to Ethical Action. All of them, directly or indirectly, are very closely related to the themes and the issues of world peace. Essentially, world peace is the ultimate goal of humanity.
If we want to think, nowadays the world has lost the commitment to make a peace, that is the world peace. This can be seen through many conflicts in this world, for example the conflict between Palestine-Israel that can be seen clearly. In fact, world peace is needed to maintain the stability of the world (which means also the stability of the country). With stability, there will be cooperation in regional or international fairly and mutually.
(more…)
by admin | May 8, 2013 | Opini, Uncategorized |
(PASAR: CERMINAN EKONOMI KERAKYATAN)
Pasar. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “pasar”? Kumuhkah? Atau penuh dengan umpatan tawar-menawar?
Pasar, identik dengan yang namanya pasar tradisional. Pasar tradisional biasa diidentikan dengan pasar yang kumuh, kotor, berantakan dan tidak beraturan. Sebagian besar bahkan sampai meluber ke jalanan. Sebagian orang bahkan lebih memilih ke swalayan untk berjualan daripada ke pasar tradisional.
Tidak banyak orang menyadari, bahwasanya pasar merupakan kehidupan bagi banyak orang. Jika saja semua dari kita berpikir, ketika kita membeli di pasar, berapa orang yang bisa kita bantu? Berapa banyak orang yang merasa senang ketika kita disana? Ketika kita membeli di pasar, banyak pilihan yang bisa kita dapat yang tidak kalah menarik dan berkualitas ketika kita berbelanja di swalayan. Ketika kita membeli keperluan di pasar, akan banyak pedagang –yang notabene merupakan pencari nafkah di pasar- mendapat penghasilannya.
(more…)
by admin | May 8, 2013 | Opini, Uncategorized |
Aku tulis sajak ini untuk menghibur hatimu
Sembari kau tenggelam dalam diamm
Kenangkanlah pula bahwa kita ditantang 100 dewa
100 dewa dalam kemelaratan,
100 dewa teman kebejatan,
100 dewa karib pengkhianatan,
100 dewa dalam ketidakadilan,
Tak perlu lagi diam
Tak perlu lagi menangis
Juga tak perlu lagi kau lemah lunglai
lemas tak berdaya,
menguap segala tenaga
(more…)