Telah dilaksanakan Pandhawa #3 tentang Bobroknya Kurikulum : Indonesia Krisis Moral Tenaga Pendidik dan Peserta Didik pada hari Jumat, 1 September 2023.

Krisis Moral di Indonesia

Krisis moral di Indonesia bukanlah masalah yang selalu berhubungan dengan seks dan reproduksi, namun suatu yang lebih luas dari itu. Salah satu contohnya yaitu pada sebuah video dimana dalam festival budaya atau karnaval terdapat mobil yang membawa singkong dengan ukuran cukup besar, namun yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab adalah “mengambil“ singkong tersebut dengan tersenyum.

Pada kasus lain, di salah satu kota di Jawa Timur dalam sebuah kirab budaya terdapat mobil pick up lewat membawa bawang merah, mirisnya banyak warga “menjarah” bawang tersebut.

Krisis Moral Tenaga Pendidik di Indonesia

Di Pangandaran, ada juga dimana seorang tenaga pendidik yang ketagihan bermain judi slot dan menjual hingga 26 komputer sekolah untuk “memuaskan hasrat” bermain slotnya.

“Sekali lagi, kita memperluas sudut pandang kita mengenai krisis moral ini. Jika kita melihat krisis moral hanya seks saja, maka kasus-kasus bejat lainnya seperti korupsi, penjarahan, penipuan, penghasutan, penyalahgunaan jabatan, dan masih banyak lagi tidak akan diprioritaskan,” kata Guru Gembul sebagai pemantik pertama.

Mengenai Kurikulum Pendidikan di Indonesia?

Indonesia masih dalam peringkat atas dalam urusan korupsinya dan ternyata banyak orang yang berpendidikanlah melakukan hal tersebut. Berbagai faktor yang mendukung bobroknya pendidikan di Indonesia adalah terdapat pendidik yang tidak layak mendidik peserta didiknya. Banyak pendidik yang tidak menguasai atau tidak memahami materi yang akan disampaikan secara mendalam. Kurikulum di Indonesia tidaklah buruk jika kita lihat di atas kertas, namun ketika diimplementasikan di lapangan, penyelenggara pendidikan tidak bagus dalam mengelolanya.

Mengenai Kurikulum Merdeka di Indonesia Saat Ini?

Saat sesi diskusi, salah seorang mahasiswa FMIPA UNY menyampaikan bahwa ketika melihat ke berbagai sisi, kita dapat melihat bahwa sebenarnya kurikulum bukanlah hal yang paling utama dalam menciptakan kualitas manusia Indonesia. Hal yang utama saat ini adalah moral dan mental dari penyelenggara pendidikan tersebut. Sudah terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang juga bergerak di bidang perbaikan moral ini, namun kita tidak boleh menutup mata jika memang masih terdapat anak muda atau peserta didik saat ini yang suka berlebihan atau “berfoya-foya” dan juga terdapat kelompok tertentu yang hingga merugikan negara.

Krisis moral tenaga pendidik dan peserta didik di Indonesia bukanlah sepenuhnya karena globalisasi jika kita tidak melihat hanya seks sebagai patokan terjadinya krisis moral!” ujar Guru Gembul.

Simak pembahasan selengkapnya :

https://bit.ly/notulensipandhawabobroknyakurikulum

https://bit.ly/recordzoompandhawa03