FAKE ACCOUNT (AKUN PALSU)

Kita tentunya sering menemui akun palsu di berbagai media sosial. Sebenarnya, akun palsu ini mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri tersendiri yang dapat kita lihat secara jelas. Ciri-ciri tersebut antara lain (Hayuputri, 2019)

  1. Menggunakan username yang aneh misalkan @kudaponiselaludihati, dan sebagainya.
  2. Akun palsu biasanya memasang foto artis, kartun atau pemandangan untuk foto profilnya atau foto yang diambil secara acak di internet.
  3. Akun palsu biasanya memiliki followers yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali dan biasanya bersifat privasi, sehingga sulit untuk dikenali.

Sebenarnya tidak masalah jika seseorang memiliki akun palsu. Akan tetapi, hal ini bisa menjadi masalah apabila mengganggu kenyamanan dan keamanan orang lain. Contoh yang sering kita temui tentang ini adalah komentar negatif di kolom komentar postingan seorang tokoh publik. Hal ini tentu sangat menganggu kehidupan dari tokoh publik tersebut. Cilakanya jika akun palsu ini menyebarkan ujaran kebencian, provokasi dan  berita bohong atau hoax yang dapat menimbulkan kerusuhan di masyarakat. Contoh nyatanya yaitu kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Papua pada bulan Agustus tahun lalu. Melansir dari website tempo.co, kerusuhan yang terjadi diakibatkan oleh video yang menunjukkan terjadi intimidasi pada pelajar Papua di Surabaya. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo mengungkapkan penyebar informasi tersebut merupakan akun anonim (Widyastuti, 2019).

Berita hoax oleh akun palsu ini juga masih gencar saat situasi pandemi COVID-19 seperti sekarang. Berdasarkan sumber dari website detik.com, google telah memblokir 18 juta email palsu yang mengatasnamakan otoritas seperti WHO untuk mengunduh software atau membujuk seseorang melakukan sumbangan agar data pribadi mereka terungkap (BBC World, 2020). Hal ini sungguh membahayakan seseorang. Bagaimana jika data pribadi tersebut digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan orang tersebut? Tentunya bisa mengganggu keamanan dari kehidupan orang tersebut.

Selain berita hoax, akun palsu tidak lepas dari cyberbullying. Cyberbullying juga diartikan sebagai bentuk intimidasi yang pelaku lakukan untuk melecehkan korbannya melalui perangkat teknologi. Pelaku ingin melihat seseorang terluka, ada banyak cara yang mereka untuk menyerang korban dengan pesan kejam dan gambar yang mengganggu dan disebarkan untuk mempermalukan korban bagi orang lain yang melihatnya (Rifauddin, 2016). Riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dari 5.900 sampel yang diberi pertanyaan, sebanyak 49% mengatakan pernah mengalami perundungan di media sosial. Cyberbullying sangat mengganggu kehidupan seseorang bahkan bisa berdampak kepada mental seseorang bahkan berujung pada kematian. Salah satu contoh kasus ini adalah kematian idol K-Pop bernama Sulli pada tahun 2019.

Fenomena akun palsu ini mampu merambat kepada istilah catfishing di mana orang akan melakukan apapun dengan cara harus berpura-pura menjadi orang lain, seperti menggunakan foto orang lain atau membuat akun palsu. Perbuatan memiliki beberapa alasan seperti,

  • Pertama, ingin tampil sebagai seseorang dengan versi yang lebih baik dari mereka sendiri. bisa jadi memang itu keinginan terpendamnya.
  • Kedua, melakukan catfishing sebagai pelarian dari kehidupan nyata yang dia jalani sekarang, yang bisa jadi, dia nggak suka sama kehidupan yang sedang dia jalani sekarang, dibanding kehidupannya di dunia maya sebagai orang lain. Karena merasa aman dengan berlindung dengan identitas palsu, di sinilah dia dapet kebebasan untuk mengekspresikan apa pun yang selama ini dia tahan-tahan..
  • Ketiga, melakukan catfishing juga bisa karena mempunyai kesulitan untuk jujur baik di kehidupan nyata, maupun di sosial media.

Oleh karena itu, jadilah diri kita sendiri dan mencoba bertanggung jawab dengan semua yang dilakukan atas nama pribadi. Sebaik apa pun pujian yang diterima dari orang lain, selama itu bukan atas nama kita, itu cuma kesenangan semata. Hukum karma tetap selalu ada sehingga sekecil apapun perbuatan baik ataupun buruk pasti ada ganjaran yang setimpal.

 PSEUDOSAINS

Lanjutkan membaca…