———————————-GERIMIS BERITA———————————

Masih ingat G30S/PKI ??? Udah pernah nonton film dokumenternya belum ???

PKI memang tidak diragukan lagi adalah musuh bagi bangsa Indonesia. Namun, apakah dengan memutar film yang berkaitan dengan partai ini adalah suatu langkah yang keliru?

Instruksi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk memutar film Penumpasan Pengkhianatan G30 S/PKI tak pelak menimbulkan polemik di masyarakat. Meskipun instruksi tersebut ditujukan untuk internal TNI sendiri, sebagian kalangan mempertanyakan dan bahkan mengkritisi instruksi pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 tersebut.
Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menjadi salah satu pihak yang mengkritisi instruksi jenderal bintang empat itu. Menurut salah satu koordinatornya, Yati Andriyani, lembaganya khawatir hal itu menjadi legitimasi bagi Panglima untuk memaksakan masyarakat menonton film tersebut. Selain itu, Yati pun menilai sebaiknya TNI sebagai lembaga pertahanan negara pun mempertimbangkan dampak pada masyarakat atas wacana pemutaran kembali film arahan sutradara Arifin C. Noer tersebut.
Kritik juga dilontarkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Anggota Komisi I DPR F-PDIP Effendi Simbolon menyebut muatan film tersebut harus diluruskan. Film itu, kata Effendi, sangat bernuansa Orde Baru.
Effendi juga menyebut dengan adanya instruksi nonton tersebut menimbulkan dugaan adanya pesan yang ingin disampaikan oleh panglima.
Meski demikian, tak sedikit pula pihak yang mengapresiasi dan mendukung instruksi tersebut.

Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto misalnya, ia beranggapan bahwa dengan menonton film tahun 1984 itu dapat menjaga kekompakan di internal TNI, termasuk dengan purnawirawannya.
Dukungan juga disampaikan mantan wakil presiden Try Sutrisno. Mantan panglima TNI itu bahkan merasa bangga dengan sikap tersebut. Ia menyebut bahwa film itu dengan tepat menggambarkan keburukan PKI dan komunisme terhadap Indonesia.
Tak hanya dari kalangan politisi dan negarawan, sutradara kondang Hanung Bramantyo pun melalui akun twitter-nya, mendukung instruksi untuk menonton film tersebut.Hanung juga memuji unsur sinematik yang ada pada film tersebut. Namun salah satu sineas terbaik Indonesia itu hanya menyarankan untuk menonton film tersebut sebagai karya seni semata, tidak lebih. Menurutnya, kurang tepat untuk sebuah film untuk dijadikan sumber sejarah,meskipun ceritanya diangkat dari kejadian yang memang nyata.
Bahkan, menonton Filmpun juga termasuk pendidikan, tinggal bagaimana mengambil hikmahnya. Jika untuk mendidik anak bangsa, apasalahnya?
Hidup Mahasiswa Indonesia

KTS_GSPL_03

#GERIMIS_BERITA
#BEM_FMIPA_UNY
#DEPARTEMEN_SOSIAL_POLITIK
#GASPOLL
#52_Tahun_G30S/PKI
#Menolak_Lupa
🔴 23