

KARYA#2 SISWA SEKOLAH MENULIS
(PASAR: CERMINAN EKONOMI KERAKYATAN)
Pasar. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “pasar”? Kumuhkah? Atau penuh dengan umpatan tawar-menawar?
Pasar, identik dengan yang namanya pasar tradisional. Pasar tradisional biasa diidentikan dengan pasar yang kumuh, kotor, berantakan dan tidak beraturan. Sebagian besar bahkan sampai meluber ke jalanan. Sebagian orang bahkan lebih memilih ke swalayan untk berjualan daripada ke pasar tradisional.
Tidak banyak orang menyadari, bahwasanya pasar merupakan kehidupan bagi banyak orang. Jika saja semua dari kita berpikir, ketika kita membeli di pasar, berapa orang yang bisa kita bantu? Berapa banyak orang yang merasa senang ketika kita disana? Ketika kita membeli di pasar, banyak pilihan yang bisa kita dapat yang tidak kalah menarik dan berkualitas ketika kita berbelanja di swalayan. Ketika kita membeli keperluan di pasar, akan banyak pedagang –yang notabene merupakan pencari nafkah di pasar- mendapat penghasilannya.
(more…)
EPS : Mengubah Dunia Dengan Suara
Mengubah Dunia dengan Suara Change The World with Your Word itulah tema yang diangkat pada acara Excellent Public Speaking (EPS) (22/4) yang diselenggarakan oleh gabungan organisasi mahasiswa (ormawa) FMIPA, yaitu BEM FMIPA , Hima Fisika, Hima Matematika, Hima Kimia, Hima Biologi, UKMF Haska Jamaah Al Furqon, dan UKMF Sekrup, khususnya bidang Kaderisasi. Acara yang dihadiri oleh 155 peserta bertempat di Ruang Seminar Lantai 2 gedung FMIPA UNY. Peserta tidak hanya dari FMIPA, melainkan dari Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Bahasa dan Seni,dan Fakultas Ilmu Pendidikan. Selain dari berbagai fakultas, acara ini dihadiri pula oleh mahasiswa UGM dan UIN Sunan Kalijaga. Agenda ini merupakan hal yang baru dalam sejarah keormawaan FMIPA di mana tujuh dari 11 ormawa FMIPA bersama-sama menggawangi acara EPS yang spektakular. Event ini merupakan cara ormawa FMIPA mencetak sejarahnya dengan karya kolektif. Avi Raharjo, selaku Ketua BEM FMIPA menyatakan, “Amalan atau kerja-kerja kolektif akan menimbulkan dampak yang besar.
Membawa BEM FMIPA UNY 2012 ke Media Massa
Menulis di koran, bukan menulisi koran. Atau hanya mengisi TTS.
Menulis itu mengikat ilmu, menyampaikan ilmu, menyampaikan kebenaran, mencegah kemungkaran, dan meneguhkan keimanan. Menebar kebaikan. Ketika kita tak cukup daya untuk bersuara, menulislah. Ketika kita tak cukup lihai berbicara, menulislah. Sampaikanlah kebenaran walau satu kata.
Menulis di koran berarti berbagi dengan banyak orang. Kita tidak tahu, barangkali secuil tulisan kita dapat membawa kebermanfaatan yang besar bagi orang yang membaca tulisan kita. Barangkali pikiran yang kita tulis itu merupakan lintasan pikiran dari banyak orang. Hanya saja, bedanya adalah kita menulis, sedang mereka tak menulis.
Kita pantas berbahagia dengan menulis di koran seperti yang diungkapkan oleh Hendra Sugiantoro yang tulisannya kerap kali dimuat diberbagai surat kabar,
“Di sini, saya hanya ingin berucap bahwa kita pantas berbahagia dengan menulis di koran. Kenapa kita pantas berbahagia? Karena koran itu bacaan rakyat. Koran mendidik rakyat, alat propaganda sejak zaman kolonial. Koran dibaca presiden sampai tukang becak, dari pejabat sampai kaum mlarat.
Maka, tak ada kata lain,
Sekarang giliranmu, dan buktikan kebahagian itu.
Menulislah. Rekam jejak hidupmu dan cetak sejarahmu.
Serta saksikanlah,
ini caraku mencetak sejarahku.

MENEMBUS REDAKTUR SURAT KABAR
Alhamdulillah…
Semakin banyak nulis…maka semakin kita dapat berbagi ilmu kepada khalayak umum.
menulis di koran, bukan menulisi koran.
Salam Pena,
# Menulis itu menyampaikan ilmu