Ganti Menteri, Ganti Kurikulum

Ganti Menteri, Ganti Kurikulum

Inilah makna yang terlintas di benak kalangan pelajar setiap mengingat kembali momen perayaan hari Pendidikan Nasional. Kita ketahui bersama, sejarah mengatakan bahwa tanggal 2 Mei merupakan hari pendidikan dilandaskan atas rasa penghargaan terhadap perjuangan Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dalam membangun peradaban Indonesia di mulai dari pendidikan. Namun terlepas dari historisnya, mengapa sih setiap pergantian pemangku pemerintahan selalu mengubah kurikulum? dan apa itu kurikulum? Atau lantas jangan-jangan adakah keterkaitan ini dengan permainan politik semata?.
Mari kita bedah satu per satu, di mulai dari pengertian dan makna kurikulum dalam sistem pendidikan. Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, kurikulum merupakan kunci strategis dalam mengatur tatanan pendidikan dalam suatu negera.
Jika di tinjau dari sejarahnya, pendidikan Indonesia sudah mengalami 4 kali pendekatan kurikulum beserta revisiannya hingga saat ini. Pertama di awal kemerdekaan Indonesia, kurikulum yang dianut masih sebatas orientasi materi lalu hampir 20 tahun pascakemerdekaan kurikulum kembali direvisi dengan standar PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksionla), kemudian diubah kembali dengan model PKP (Pendekatan Keterampilan Proses) dan hingga sekarang pendekatan disempurnakan kembali menjadi KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan berbagai versi, misalnya KTSP dan Kurtilas.
Lantas mengapa kurikulum layaknya mainan Lego yang mudah sekali dibongkar pasang oleh setiap pemiliknya? Hal ini telah terjadi semenjak awal kemerdekaan Indonesia yakni pada tahun 1956 di mana kurikulum pendidikan secara nasional terbentuk. Tujuan diadakannya perubahan pada kurikulum “katanya” demi peningkatan ke arah pendidikan nasional yang lebih baik. Jikalau seperti itu mengapa setiap perubahan yang diadakan selalu menimbulkan kesan konstruksi baru dalam sebuah pembangunan.
Apakah karena terlalu parahnya struktur tersebut sehingga tidak bisa dibenahi atau dilanjutkan? Mungkin beberapa pertanyaan ini tidak sepenuhnya bisa terjawab, namun untuk menghindari perspektif salah terhadap perubahan ini timbullah beberapa alasan yang masih masuk akal.
1. Perubahan dan perkembangan zaman yang terus menuntut pendidikan di Indonesia untuk berubah menjadi lebih baik lagi, termasuk penyempurnaan kurikulum.
2. Sesuai dengan berkembang zaman, maka ilmu pengetahuan pun ikut berkembang dan tentun menghasilkan pendekatan, metode dan teori baru dalam memenuhi proses belajar mengajar.
Selain kedua pernyataan diatas masih terdapat banyak sekali pernyataan serupa yang menjelaskan alasan kurikulum selalu berdinamis alias berubah setiap pergantian pemangku kebijakan.
Terlepas dari itu semua, di dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa orientasi politik dan praktek ketatanegaraan memegang peranan penting dalam perubahan kurikulum. Hal ini dilakukan guna memantapkan perpolitikan suatu bangsa sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
Oleh karena itu, kita selayaknya warga negara berkewajiban mendukung dan membangun sistem pendidikan yang lebih baik serta meminta apa yang sudah menjadi hak kita akibat konsekuensi negara dalam menjamin kehidupan bangsa terutama mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan negara yang tertuang dalam alinea keempat pada UUD NRI 1945.
-Hyuga-

Sumber:
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
PT Wira Inspira Nusantara. (2017). Mengapa kurikulum berubah?. Diunduh pada tanggal 28 April 2020 dari https://hohero.com/2017/01/mengapa-kurikulum-berubah/
Sukses, Kholiq. (2014). Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum. Diunduh pada tanggal 28 April 2020 dari http://perpuspendidikan.blogspot.com/2014/04/faktor-penyebab-perubahan-kurikulum.html

Hari Kesehatan Internasional

Hari Kesehatan Internasional

Keterkaitan Sehat Jasmani dan Rohani
Pada saat krisis layaknya pandemi virus tengah terjadi, banyak orang yang kemudian mengalami kepanikan dan kecemasan. Padahal banyak pendekatan yang dapat dilakukan sebagai sikap menjaga diri agar tidak mengalami kepanikan dan kecemasan, pendekatan teologis dan pendekatan ilmiah rasional misalnya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang ahli bidang kedokteran kehairan Bukhara Uzbekistan pada tahun 980, Abu Ali al-Husayn ibn Abdillah ibn Sina atau lebih dikenal Ibnu Sina (Avicenna).

Salah satu teori beliau yang paling terkenal adalah “mens sana in corpose sano,” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Teori ini sekaligus menjelaskan bahwasannya sakit tidak melulu disebabkan oleh lemahnya fisika tetapi bisa juga disebabkan oleh kondisi kejiwaan/mental yang lemah.

Pendekatan teologis sangat berkaitan dengan ketenangan jiwa yang kemudian dapat menjadi separuh obat. Dalam keadaan sehat orang yang memiliki ketenangan jiwa tidak dapat mudah terserang oleh berbagai penyakit jasmani dan rohani lantaran imunitas yang kuat pun terlahir dari hal yang demikian.

Pun sama halnya dengan pendekatan ilmiah rasional yang mencakup pola hidup sehat seperti memakan buah dan/atau sayur, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta semua protokol kesehatan dalam menghadapi COVID-19 misalnya.

Selama physical distancing digerakkan sejak 16 Maret 2020, sudah menjadi hal penting bagi kita semua untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun mental. Kemenkes menerbitkan Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia untuk menjadi panduan terkait apa-apa yang harus dilakukan masyarakat di tengah penyebaran pandemi COVID-19 saat ini.

Kesehatan mental dapat dengan mudah terganggu kala pandemi virus dengan berlangsung, dipenuhi rasa cemas dan gelisah misalnya. Jika kesehatan mental terganggu, upaya meningkatkan imunitas fisik akan sia-sia. Oleh karenanya, ketika kesehatan mental terganggu, tidak ada gunanya mengetahui sudah berapa banyak orang yang terkena COVID-19, pasien yang meninggal dunia, dan berapa yang sembuh. Lantaran informasi tersebut hanya akan mengakibatkan kecemasan.

Sudah saatnya kita semua melawan virus corona dengan berupaya berpikir positif, merasakan emosi positif sekaligus menebarkan sinyal positif ke diri sendiri dan lingkungan.

Not only there is no health without mental health. There is no difference between mental and physical health. It is only health.

Dikutip dari salah satu materi kuliah keperawatan UNAIR mengenai peran psikoneuroimunologi dalam pengembangan ilmu keperawatan pun menjelaskan bahwasannya melalui pendekatakn psikoneuroimunologi, perawat yang bersikap otoriter dan cenderung sadisme merupakan tindakan yang akan menimbulkan/menjadi penyebab dari munculnya penyakit baru/tidak terjadi penyembuhan. Sehingga perawat sangat dituntut untuk dapat bersikap caring, altruistik, dan professional.

Hal ini menjadi sangat penting ketika persoalan penyakit/penyebaran COVID-19 ini dianggap hanya dilihat dari perspektif jasmani/material saja, namun juga sudah semestinya dapat dilihat dari perspektif spiritual/kejiwaan. Berbagai cara dan upaya yang dianjurkan oleh Kemenkes dan para psikolog atau ahli kesehatan jiwa sekiranya dapat kita laksanakan dengan baik dan maksimal, harap-harap ancaman pandemi virus ini berangsur mereda dan lenyap beriringan dengan semakin kuatnya imunitas secara lahir dan batin. (Ivan Affriandi)

Referensi:

https://ners.unair.ac.id/materikuliah/PNI-RISET-09A.pdf
https://islam.nu.or.id/post/read/118661/3-tips-ibnu-sina-saat-menghadapi-krisis-kesehatan
https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/30/jiwa-raga-sehat-covid-19-lenyap/

Ada apa antara Apartheid dan Sianida?

Diskriminasi yang kini kian marak terjadi merupakan gambaran kecil dari bagaimana diskriminasi yang terjadi secara luar biasa di masa lampau. Tepat 60 tahun lalu pembantaian Sharpeville terjadi. Banyak massa yang gugur karena menentang Politik Apartheid. Apa itu Politik Apartheid? Mengapa ditentang? Sedikit membuka masa lalu yang kelam, sejarah memang tidak perlu dibungkam.

Sebelumnya, pemisahan ras di Afrika telah terjadi setelah Perang Boer. Yang mana kemudian Uni Afrika Selatan dibentuk pada 1910 di bawah kendali Inggris, sehingga orang-orang Eropa di Afrika Selatan membentuk struktur politik baru di wilayah tersebut. Lantas, sejak awal telah diadakan pengimplementasian terkait dengan diskriminasi di Afrika Selatan oleh pemerintahan saat itu.

Pada awal abad ke-20, pemerintahan Afrika Selatan didominasi oleh minoritas kulit putih yang kemudian bertujuan untuk memperkuat keberadaan mereka dengan membuat suatu kebijakan politik. Kebijakan politik inilah yang akan menekan ‘kaum’ kulit hitam di Afrika Selatan. Mereka memberlakukan kebijakan Politik Apartheid. Apartheid sendiri berarti pemisahan. Tepat sekali, penerapan politik ini membuat orang-orang di Afrika Selatan dipisah-pisahkan atau dikotak-kotakkan. Mereka dikelompokkan sesuai dengan warna kulitnya.

Kala itu, kebijakan tersebut membuat empat kelompok ras, yaitu golongan kulit putih, golongan kulit campuran, golongan Asia, dan golongan kulit hitam. Dalam kesehariannya pun tidak dapat dipungkiri banyak sekali terjadi kesenjangan sosial yang diakibatkan dari adanya kebijakan ini. Tentunya kecemburuan sosial pun terjadi setelah adanya keijakan yang membuat kesenjangan. Hingga akhirnya ketidaknyamanan membuat ras kulit hitam memberontak demi memperjuangkan hak mereka sebagai manusia dan kesetaraan yang harus di junjung tinggi. Lantas, terjadilah aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh orang-orang yang menantang kebijakan Politik Apartheid.

Pembantaian Sharpeville diawali  dengan unjuk rasa oleh 5000-7000 orang golongan anti-apartheid (Fathoni, 2017). Hingga sampailah puncaknya pada 21 Maret 1960 dengan tumbangnya 69 orang pada pembantaian Sharpeville. Berkaitan dengan hal tersebut, dunia tidak boleh membiarkan lagi terjadinya diskriminasi rasial. Semua manusia memiliki hak yang sama. Tidak boleh ada sekat diskriminasi di antara itu. Lalu, apa hubungan Politik Apartheid dan sianida?

Politik Apartheid secara tidak langsung adalah pembunuh yang keji namun bergerak secara diam. Memulai pemerintahan dengan suatu hal fatal yang tidak seimbang. Apalagi kalau bukan keadilan. Persamaannya dengan sianida adalah sama-sama pembunuh keji dan bergerak diam-diam namun hasilnya benar-benar mematikan. Bedanya, sianida menghancurkan fungsi-fungsi organ dan Politik Apartheid menghancurkan kemanusiaan. Keji bukan? Seharusnya perbedaan membuat manusia belajar menjadi sosok pribadi yang berwawasan tinggi, berintelektual, bertoleransi tinggi, dan memiliki rasa kemanusiaan. Perbedaan bukanlah suatu ancaman, melainkan suatu pembelajaran dalam hidup untuk dapat terus bersama-sama maju dan menciptakan perdamaian.

 

Referensi:

African Economic Cooperation Blog. 2017. Apa Itu Apartheid di Afika Selatan?. http://www.african-union.org/apa-itu-apartheid-di-afrika-selatan/

Fathoni, Rifai Shodiq. 2017. Politik Apartheid di Afrika Selatan 1948 – 1994 M. https://wawasansejarah.com/politik-apartheid-di-afrika-selatan/

 

 

 

LAGUNA PENGKLIK, DESTINASI MENARIK YANG KURANG DILIRIK


Hallo Sobat Pusaka 🙂

Pasukan Pusaka kembali hadir dengan artikel yang informatif, unik, menarik, dan pastinya cocok untuk kalian para saintis muda FMIPA UNY yang kece-kece badai…

Sst, ada yang sudah pernah main ke Laguna Pengklik nggak, nih?  Atau jangan-jangan masih asing dengan namanya? Untuk kalian yang belum tahu, Pasukan Pusaka akan kasih infonya.  Yuk, langsung simak artikelnya.

11 November lalu, Pasukan Pusaka mengunjungi Laguna Pengklik yang lokasinya bersisian dengan Pantai Samas. Destinasi wisata ini dibuka sekitar 5 tahun lalu dan masih tergolong baru. Untuk menikmati wisata ini, pengunjung hanya dikenai biaya retribusi parkir sebesar Rp2000,00. Ikon dari objek wisata ini adalah rumah apung, berupa saung-saung kecil dari bambu yang mengapung di atas permukaan laguna. Rumah apung didirikan sebagai tempat bersantai dan menikmati hidangan yang dapat dipesan dari restoran.

Laguna Pengklik ramai dikunjungi di akhir pekan. Biasanya terdapat wahana kereta mini yang dapat mengantarkan pengunjung berkeliling dan menikmati pemandangan di sekitar laguna. Destinasi ramah keluarga ini juga menyediakan beberapa fasilitas permainan anak seperti jungkat-jungkit dan perosotan. Namun, kondisi permainan yang disediakan cukup buruk dan tampak kurang aman akibat kerusakan pada beberapa sisi. Menurut keterangan warga, permainan yang ada belum pernah diperbanyak jumlah dan jenisnya ataupun diperbaiki sejak pertama kali ditambahkan. Terdapat pula beberapa pedagang yang menjajakan mainan anak serta penyewaan mainan memancing dan mandi bola.

Selain menjadi wisata ramah keluarga, laguna ini seringkali dijadikan lokasi kemah, acara reuni, observasi, hingga KKN, dan sebagainya. Terdapat sebuah gedung yang dapat disewa sebagai lokasi acara. Sayangnya, perawatan dan pengelolaan gedung bercat biru itu dinilai masih cukup buruk. Gedung hanya dibersihkan oleh petugas saat akan disewa. Pada beberapa sisi gedung nampak pula lapisan cat yang mulai mengelupas.  Dinding kamar mandi yang disediakan pun terlihat dipenuhi lumut-lumut hijau.

Daya tarik lain dari laguna ini adalah airnya yang merupakan campuran dari air tawar dan air asin sehingga banyak dijumpai ikan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pecinta memancing. Mural-mural indah yang digambar pada bagian bawah undakan juga mempercantik destinasi wisata ini. Sangat cocok bila dijadikan latar belakang saat mengambil gambar.

Bagi pengunjung yang belum puas dengan keindahan laguna, tersedia pula jembatan penyeberangan menuju pantai. Hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp5000,00, pengunjung sudah dapat mencapai pantai melalui jembatan yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat setempat.  Sedangkan, bagi para pemburu sensasi dapat mencoba menyewa kapal dan mengarungi laguna selama kurang lebih 30 menit. Tarif yang dikenakan untuk sewa kapal hanya Rp10.000,00 per orang.

Saat berlibur, tak lengkap rasanya bila tak mencicipi kuliner yang dijajakan. Begitu pula di Laguna Pengklik. Selain restoran yang dikelola pemerintah desa, ada juga beberapa pedagang yang menjajakan kuliner seperti ubi, nasi kuning, nasi campur, susu kedelai, jus buah, bakso kuah, harum manis, dan berbagai minuman dingin. Terdapat pula pedagang yang menawarkan souvenir sebagai kenang-kenangan kepada para pengunjung.

Sebagai destinasi wisata, pengembangan Laguna Pengklik masih dirasa sangat kurang. Mulai dari promosi dan publikasi yang minim, akses jalan yang kecil dan melalui area persawahan, wahana yang kurang variatif, serta fasilitas yang kurang memadai. Masyarakat sekitar berharap agar pengelola -yang mana adalah pemerintah desa- lebih memperhatikan dan mengembangkan Laguna Pengklik agar dapat menjadi destinasi wisata populer yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar dan menambah pemasukan daerah.

 

 

Kawan Pusaka

 

 

SAMAS, PANTAI YANG LEKANG OLEH WAKTU

Siapa nih sobat pusaka yang suka pantai? Sudah pernah ke Pantai Samas belum? Kalau belum, yuk simak informasi tentang pantai berpasir hitam ini. Artikel kali ini akan mengulas kunjungan Pasukan Pusaka ke Pantai Samas pada 11 November lalu.

Pantai Samas yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta ini pertama kali dibuka sebagai destinasi wisata sekitar tahun 1970-an. Namun, pantai yang dulunya eksis ini sekarang sudah kalah pamor dengan pantai di sekitarnya, contohnya saja Pantai Goa Cemara. Dulunya, Pantai Samas seringkali dijadikan tempat pengambilan gambar untuk video klip bahkan menjadi latar produksi film “Bernafas dalam Lumpur”. Eksistensi Pantai Samas dirasa menurun sejak pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah daerah setelah sebelumnya dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Terdapat beberapa hal yang dirasa menyebabkan menurunnya minat wisatawan terhadap pantai ini. Misalnya, kurang tersedianya wahana, fasilitas, dan infrastuktur yang memadai. Kegiatan yang dapat dilakukan di pantai ini juga dirasa kurang variatif. Berdasar fakta di lapangan, tidak terlihat adanya pohon-pohon peneduh di sepanjang pantai. Sebenarnya masyarakat setempat sudah mengusahakan untuk menanam pohon sebagai peneduh agar para wisatawan tidak kepanasan. Namun, struktur tanah yang kurang sesuai mengakibatkan pohon-pohon tidak dapat tumbuh dengan baik dan mudah tergerus ombak pantai. Minimnya promosi dan publikasi juga dinilai memengaruhi minat wisatawan. Selain itu, pengembangan Pantai Samas terhambat sebab kurangnya atensi dari pemerintah daerah sendiri. Sedangkan di sisi lain, masyarakat tidak dapat mengembangkan pantai karena terjerat peliknya masalah perijinan.

Pemerintah daerah sendiri sesekali berkunjung sekaligus mengadakan observasi ke Pantai Samas. Namun, hingga kini belum juga ada tindak lanjut yang dilakukan untuk mengembangkan pantai ini. Pemerintah dinilai tebang pilih dengan lebih memprioritaskan pengembangan pantai lain seperti Pantai Goa Cemara dan Pantai Parangtritis.

Meski tidak sepopuler dulu, sampai sekarang Pantai Samas masih dikunjungi wisatawan. Biasanya wisatawan yang berkunjung akan berswafoto di bangunan yang dibangun secara swadaya oleh pemuda setempat dengan membayar retribusi sebesar Rp5000,00. Kegiatan lain yang biasa dilakukan di pantai ini yaitu memancing ikan dan berolahraga jogging. Wisatawan seringkali datang pada pagi hari karena kondisi udara yang masih segar dan cuaca panas yang belum menyengat terik. Selain itu, kondisi lingkungan yang baik ini acap kali menjadi incaran para pasien yang sedang dalam masa terapi pemulihan penyakit paru.

Dewasa ini, hanya sedikit masyarakat asli setempat yang masih bertahan dan tinggal di sekitar Pantai Samas. Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani dan nelayan yang mana menyesuaikan musim yang belangsung. Pada musim tani, mereka akan bercocok tanam. Setelah masa panen usai, akan beralih profesi dan melaut. Di pantai terlihat beberapa kapal nelayan yang berlabuh. Biasanya, hasil laut yang diperoleh akan dijual di tempat pelelangan ikan yang berada tak jauh dari lokasi pantai.

Gimana informasi kali ini? Menarik, kan? Yuk, bersama-sama main ke Pantai Samas dan kembalikan lagi eksistensi pantai cantik ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, byeee 😊

Oops, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan di manapun kalian berada ya teman-teman, hehee.

 

Kawan Pusaka

Kami , Masih Berjuang

Perjuangan itu masih ada.

Masih berhembus hingga saat ini.

Semangat perjuangan itu masih ada,

Masih menyusup diantara denyut nadi.

 

Merdeka !

Hanya satu kata itu yang diperjuangkan,

Satu kata yang memiliki ribuan kobaran semangat

Satu kata yang memiliki nilai mendalam tentang perjuangan yang tidak seharusnya diakhiri.

 

Bukan tentang mengenang, bukan tentang mengenal, tapi tentang bagaimana kita bisa berjuang bersama-sama dalam meraihnya.

Bukan tentang siapa, bukan tentang dari mana, bagaimana sifatnya.

 

Dalam sebuah perjuangan, tidak ada kata berbeda.

Dalam sebuah perjuangan tidak peduli tentang beda,

Demi merdeka, demi perjuangan, demi Negara Kesatuan Republik Indonesia

 

Sleman, 10 November 2019

 

Khichand Lee