A. Pendahuluan
Abad 21 menjadikan dunia maya tak kalah penting dari dunia nyata, hampir seluruh manusia pada abad ini memiliki akun di berbagai plaftrom mainstream media sosial. Kehadiran manusia di dunia maya seakan menjadi begitu penting, narasi bahwa seseorang yang tidak memiliki akun untuk berinteraksi di dunia maya berarti ketinggalan zaman dan tidak gaul menguatkan betapa penting eksistensi seseorang di dunia maya dewasa ini. Fenomena seseorang bahkan memiliki lebih dari satu akun pada platform yang sama dan maraknya akun palsu tanpa menyantumkan identitas asli pemilik akun nampaknya sudah menjadi hal yang biasa kita jumpai. Survei yang dilakukan oleh HAI yang melibatkan 300 responden mencatat terdapat 46% remaja mempunyai akun kedua. Sebanyak 60% dari mereka memprivasi akunnya dan tidak mengungkapkan identitasnya (Bahar, 2018).
Padatnya penduduk dunia maya nyatanya menimbulkan banyak permasalahan serius yang akan berbuntut panjang. Permasalahan yang akan dibahas dalam kajian kali ini adalah maraknya cyber bullying dan pseudosains.
Saat ini, cyber bullying masih dimaknai dalam definisi yang sempit oleh masyrakat, yaitu sebatas pada penghinaan terhadap fisik atau diri seseorang. Nyatanya, definisi cyber bullying sendiri adalah penggunaan kekerasan baik fisik maupun verbal, paksaan, atau ancaman untuk menyalahgunakan, mendominasi, atau mengintimidasi seseorang di dunia maya. Dengan demikian maraknya penghinaan, ujaran kebencian, represifitas, dan segala hal yang dapat mengintimidasi seseorang di dunia maya termasuk cyber bullying.
Kejahatan berupa cyber bullying turut bertambah dengan padatnya penduduk di dunia maya dan banyaknya akun palsu. Hal tersebut dapat diterima karena intimidasi akan semakin banyak sebanding dengan banyak akun, dan pemilik akun palsu akan merasa ringan melakukan segala bentuk kekerasan di dunia maya karena ia merasa identitasnya tidak nampak, merasa aman, dan bisa lari begitu saja dari tanggung jawab akan apa yang sudah ia tulis.
Selain cyber bullying, meningkatnya intensitas penggunaan media juga memicu adanya pseudosains. Pseudosains adalah suatu istilah pada suatu hal yang seperti ilmu pengetahuan namun cenderung tidak valid, tidak rasional, dan biasanya bersifat dogmatis. Adanya pseudosains ini tentu saja memiliki dampak buruk dan berbahaya bagi beberapa penerima narasi pseudosains tersebut.