Press Release

Pandemi COVID-19 yang masih berlalu mengakibatkan pemerintah harus mengeluarkan peraturan mengenai larangan mudik saat hari raya. Hal ini memancing berbagai reaksi tentunya, ada pro-kontra terkait kebijakan pemerintah ini. Ada ketidakjelasan terkait kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Pemerintah yang melarang adanya mudik, tetapi mengizinkan WNA masuk, membiarkan tempat-tempat perbelanjaan ramai tanpa protokol kesehatan, bahkan ajakan untuk meramaikan tempat wisata. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi masyarakat, lalu sebenarnya bagaimana keseriusan pemerintah dalam menanggapi pandemi ini? Apakah kebijakan yang dikeluarkan ini juga mempertimbangkan faktor ekonomi sehingga seolah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah nampak tidak jelas.

Hal itulah yang mendasari diadakannya diskusi pada hari Jum’at, 28 Mei 2021 oleh Departemen Sosial dan Politik BEM FMIPA UNY dengan dua narasumber yang ahli dalam bidangnya yaitu Bapak Bambang Supriyanto, S.E. M.Sc. selaku dosen Fakultas Ekonomi UNY dengan Bapak dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp. PK, PhD. selaku dosen Fakultas Kedokteran UNS.

Semua negara terkena dampak dari pandemi COVID-19 salah satunya pada bidang ekonomi dengan rata-rata -3,3%. Khususnya Indonesia sendiri, pada saat pandemi ini perekonomiannya mencapai -2,07%. Sektor yang paling terkena dampak negatif dari pandemi ini adalah lapangan transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Sedangkan, sektor yang terkena dampak positif dari pandemi ini adalah informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Pembatasan pada hari lebaran tidak hanya di Indonesia saja tetapi terjadi juga pada negara-negara lain seperti Maroko, Turki, Pakistan, Mesir, Arab Saudi, dan Malaysia. Pada tahun 2021 sebanyak 1,5 juta penduduk sudah berpergian sebelum larangan mudik diberlakukan.

Catatan untuk Pemerintah pada tahun 2020 adalah tentang diperbolekan penerbangan beroperasi di saat moda lain dibatasi. Bahkan, pejabat bahkan presiden sendiri tidak memberikan teladan tentang Batasan mobilitas dan kerumunan ini. Pada tahun 2021, mudik dilarang tetapi arus internasional masih deras khususnya TKA China yang masuk untuk investasi. Seharusnya pemerintah tetap harus bijak. Apabila TKA China masuk, mudik jangan dilarang dikarenakan akan timbulnya kecemburuan sosial.

Excess death merupakan jumlah kematian di atas rata-rata 5 tahun terakhir. Terjadi peningkatan kematian pada saat pandemic yang mencapai rata-rata 3.500.000 kasus di dunia. Pada pandemic ini angka harapan hidup berkurang, namun grafik masyarakat terdampak COVID-19 di Indonesia menurun dikarenakan adanya vaksinasi yang diberlakukan. Test covid Jakarta memang sudah cukup tetapi untuk wilayah lain kurang sehingga diambil patokan dari sana. Seharusnya 38600/hari di test maka presentasi makin kecil. Test antigen tidak bisa berdiri sendiri, harus dengan PCRjuga . Disiplin protkes melonggar, jumlah testing menurun, banyak kegiatan berkerumun, cakupan vasinasi, mutasi virus yang terjadi di negara India. Orang yang tidak divaksin mendapatkan resiko kematian 50x lipat lebih besar untuk terkena viris. Virus mutasi lebih mudah menyebar tapi tidak ganas. Semua orang bisa melakukan kegiatan asal melakukan peraturan

Pemberlakuan lockdown pada saat ini itu tidak aka nada dampaknya karena virus tersebut sudah menyebar. Hanya saja pada bidang kesehatan, saat ini kita harus melakukan protokol kesehatan seiring pemberian vaksinasi yang harus selalu berjalan. Sedangkan, pada bidang ekonomi apabila terjadi lockdown kembali sudah tidak bisa terkendali dikarenakan akan terjadi pendapatan kosong sehingga menimbulkan masalah baru lagi.

Pandemi covid19 memberikan dampak buruk perekonomian dengan rata-rata sampai -3,3% dan meningkatkan angka kamatian hingga 3 juta 500 kasus di seluruh dunia, sehingga pembatasan mobilisasi dan mudik saat hari raya merupakan solusi yang tepat untuk menurunkan kasus terinfeksi. Namun hal tersebut berdampak terhadap perekonomian, dikarenakan kebutuhan konsumsi dan potensi ekonomi yang lain menurun.

Mudik atau pulang ke kampung halaman sebenarnya sangat membantu memulihkan kembali perekonomian yang sempat jatuh dengan menaikkan angka konsumsi, penukaran mata uang, pemerataan pendapatan dan beberapa komponen lainnya. Vaksinasi yang dilakukan juga menekan angka kenaikan kasus yang cukup efektif. Sehingga mudik ini untuk siapa? Tentu saja untuk kita semua.