Apa itu politik ? Apa hubungan politik dengan mahasiswa ? Banyak yang menyatakan anti politik atau tidak mau tahu politik karena menganggap politik jauh dengan kita, masih banyak pula anggapan politik itu urusan negara yang hanya menjadi kepentingan pejabat, kotor, dan tidak jujur.
Dua definisi politik menurut Hans Kelsen :
- politik sebagai etik, berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar tetap hidup secara sempurna
- politik sebagai teknik, berkenaan dengan cara ( metode ) manusia atau individu untuk mencapai tujuan
Dengan definisi politik dari Hans Kelsen, maka sebenarnya setiap manusia tak bisa terlepas dengan politik dalam kehidupan.
Politik sendiri sangat dekat dengan manusia terutama mahasiswa. Mahasiswa yang dalam pandangan masyarakat berada pada kelas atas yang dianggap berpendidikan dan memiliki wawasan luas, yang sudah mampu mengupayakan dan tahu sesuatu lebih dari orang awam, dan yang diharapkan menjadi jembatan suara dari bawah ke atas. Mahasiswa hidup dalam kehidupan kampus dimana banyak pembelajaran dan pembekalan untuk menghadapi kejam kehidupan nyata, yang pada tempat itu banyak wadah belajar ilmu, sosial, budaya, juga politik.
Sebenarnya, praktik politik tidak hanya terjadi pada negara dengan aktor pejabat. Mahasiswapun telah melakukan praktik politik di dalam kehidupan kampus mereka, pemilihan presiden mahasiswa, pemilihan rektor, dan pembuatan serta pengawalan kebijakan contohnya. Dalam pemilihan presiden mahasiswa terdapat cara yang disusun untuk mencapai tujuan, begitu pula dengan pemilihan rektor dan proses pembuatan serta pengawalan kebijakan. Tidak hanya di dalam kampus, di luar, mahasiswa juga menjadi bagian pengontrol pemerintahan, pengawas, pengkritik kesalahan, jembatan aspirasi dari rakyat ke pemerintah, maupun penyampai dan pemerhati kebijakan dari pemerintah kepada rakyat. Dari sini terlihat bahwa sebenarnya mahasiswa memiliki hubungan yang kuat dengan politik itu sendiri.
Politik telah berhubungan dengan mahasiswa bahkan sejak tahun 1912, pada saat itu sudah ada upaya politis dalam penyatuan berbagai elemen untuk melawan penindasan kolonial, seperti melalui organisasi Sarekat Islam yang dipelopori oleh H.O.S Tjokroaminoto contohnya, mahasiswa angakatan awal seperti Soekarno, Semaun, Kartosuwiryo, dll banyak belajar dari H.O.S Tjokroaminoto dan membuat bibit pergerakan mulai muncul, hingga salah satu puncaknya yaitu momen bersejarah yang tidak terlupakan, sumpah pemuda. Pada saat itu para pemuda yang didalamnya juga terdapat mahasiswa bersatu dan bergerak bersama dalam usaha menuju kemerdekaan. Setelah momentum bersejarah tersebut, banyak kegiataan politik yang mulai berkembang dan gencar di berbagai organisasi. Pada tahun 1955 saat diadakannya pemilu pertama di Indonesia, jumlah partai politik peserta pemilu lebih dari 150 partai, hal ini menunjukkan banyaknya wadah belajar politik dan kegiatan politik yang tak jarang anggotanya merupakan mahasiswa.
Perkembangan politik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada saat ini, pembelajaran mengenai politik juga bisa dengan mudah didapatkan dengan banyaknya organisasi ektrakampus. Organisasi ekstrakampus bisa menjadi tempat mehasiswa belajar lebih mengenai ilmu, organisasi, sosial, budaya, dan politik itu sendiri, contoh seperti KAMMI, IMM, HMI, GMNI, dll. Dalam berbagai organisasi ini tentu ada penanaman nilai yang berbeda sebagai ciri khas masing-masing organisasi. Perbedaan ideologi, pendapat, rasa kedaerahan, dan pendirian tentu adalah hal yang wajar terjadi. Pengkotak-kotakan mahasiswa dari perbedaan yang ada seharusnya mampu membuat kita belajar bagaimana cara bertahan, menghormati, menghargai, berusaha untuk memperbaiki diri dan selalu berusaha untuk lebih baik. Karena kita percaya, setiap gerakan dan usaha yang kita lakukan demi kebaikan, dan kebaikan yang kita usakahan jauh lebih penting diatas kepentingan pribadi dan golongan. Perbedaan seharusnya bukan menjadi penghalang untuk menyatukan berbagai elemen yang beragam, perbedaan lebih baik dipandang sebagai sebuah warna yang akan menciptakan keindahan jika semua sesuai porsinya.
Yogyakarta, 10 Juli 2019
K_n