Pemuda dalam pembangunan adalah kolaborator dan inisiator, bukan obyek dan target. Mereka adalah masa depan Indonesia-Bambang Brodjonegoro

Langkah itu menapak dengan yakin. Pada sebuah jalan yang terjal, seorang pemuda hadir untuk menjawab tantangan. Konon katanya, jalan terjal itu begitu rumit dan sulit, begitu panjang dan melelahkan. Banyak orang melaluinya, banyak yang mencapai ujung jalan, tapi tidak sedikit pula yang memilih menyerah. Rumit, konon katanya seperti itu.

Perlahan, satu persatu dari pemuda yang berani, melangkahkan kakinya melalui jalan terjal, ada yang terjatuh, ada yang terjerembab, ada yang begitu perkasa, ada juga yang membutuhkan uluran tangan. Ada yang begitu optimis, ada juga yang melebihi kata pesimis.

Hey, Bung! Ini belum seberapa. Perjalanan kita masih panjang dan harapan banyak ada pada pundak kita. Dunia masih berproses untuk bercahaya dan untuk bercahaya membutuhkan sebuah energi.

Hey, Bung! Mari berjuang lebih banyak lagi. Tentang rakyat yang ingin kau perjuangkan, tentang hak-hakmu yang begitu kau rindukan, tentang perjuanganmu melawan ketidakadilan, tentang langkah kakimu yang begitu berani mengagungkan nama kebebasan. Yakinkan langkahmu, untuk melewati jalan terjal yang konon katanya mengerikan itu, Bung. Jika banyak orang yang bisa melaluinya atau gugur dalam kenangan karena perjuangan, maka seharusnya kau juga bisa melakukannya. Entah nanti kau akan berhasil atau gugur di dalam kenangan banyak orang.

Tahun 1928. Atas kesadaran penuh, mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berjuang sendiri, pemuda memilih membentuk aliansi, mengucapkan ikrar janji yang kemudian kita kenal hingga saat ini sebagai Sumpah Pemuda. Usia sumpah itu sudahlah tua, 91 tahun lamanya dikenang dan diikrarkan berulang. Demi persatuan, demi negara, demi bangsa dan demi keutuhan negara.

63,82 juta dari 265 juta penduduk Indonesia adalah pemuda. Pemuda yang beragam latar belakang dan nasibnya, pemuda yang berbeda sudut pandangan dan masa depannya, pemuda yang memang diciptakan dengan karakter dan visi misi yang berbeda. Pemuda dengan segala macam dinamikanya.

Satu demi satu, yang muda , yang bersinar, yang berkarya mulai bermunculan. Mulai dari prestasi positif atau bahkan prestasi penuh sensasional. Mulai dari yang menjadi pioneer kebaikan atau biang kerok sebuah permasalahan. Mulai dari yang menjaga hati hingga yang menjaga nyawa pun tak mampu.

Pemuda. Indah sekali rangkaian hurufnya, menggambar sosok tangguh yang sedang bergelora, diselimuti semangat perjuangan untuk merangkai masa depan. Pemuda, elok sekali rangkaian diksinya, ribuan jumlahnya dan beragam karakternya. Pemuda, dengan gelora sebesar itu, dengan semangat juang yang sedemikian rupa membaranya. Pemuda, akh sayang sekali, bahkan makna persatuan pun terasa sulit untuk digapai.

Apa kabarmu, wahai pemuda?

Masihkah ada rasa persatuan itu lagi untuk mengucapkan sumpah bersama-sama? berjuang dalam satu garis terdepan, menjadi tameng untuk negara dalam bertahan.

 

Kami Putra dan Putri Indonesia,mengaku bertumpah darah satu,tanah air Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

 

Yogyakarta, 28 Oktober 2019

Khichand Lee

Sumber : Badan Pusat Statitik.2018.Statistik Pemuda Indonesia 2018. Jakarta:BPS