BEM SI Menyuarakan Apresiasinya terhadap Drama “CICAK VS BUAYA” yang tak kunjung Usai

BEM SI Menyuarakan Apresiasinya terhadap Drama “CICAK VS BUAYA” yang tak kunjung Usai

Drama “CICAK VS BUAYA” yang melibatkan 2 institut lembaga hukum di Indonesia kini terulang kembali. Seperti tak ada habisnya, kasus ini mencuat kembali di awal pemerintahan yang baru, hanya saja dengan tokoh yang berbeda. Hal tersebut membuat hati para Mahasiswa tergerak untuk turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka.

Aksi yang diselenggarakan oleh konsolidasi BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas di Yogyakarta ini, di wakili oleh UNY, UGM, AMIKOM, UMY, dan SITPPER yang bernaung di bawah kesatuan BEM SI (Se-Indonesia).

Jum’at, 20 Februari 2015 pukul 16.00 WIB rombongan Mahasiswa memulai aksi demonstrasi tepat di depan Kantor DPRD Yogyakarta. Kemudian berjalan menuju 0 KM melewati sepanjang jalan Malioboro. Dengan segala macam atribut serta antusias yang tinggi, aksi Mahasiswa tersebut mengundang perhatian dari pengunjung Malioboro. Aksi di lanjutkan dengan orasi dari masing-masing perwakilan BEM Universitas yang bergabung di 0 KM. Aksi ini mendapat penjagaan yang ketat dari pihak yag berwajib.

“Salam cinta salam perjuangan, atas nama cinta kita berjuang… hidup Mahasiswa Indonesia… Hidup Rakyat Indonesia….” Itulah sepenggal kalimat yang di sampaikan oleh Mentri Sospol BEM REMA UNY, Bani Asroff sebagai pembuka orasi. Bani mengungkapkan bahwa kasus yang terjadi antara 2 institut hukum di Indonesia terlalu berlarut-larut dan terkesan saling menghancurkan.

“Lagi-lagi Indonesia dibingungkan dengan 2 institut hukum yang saling menghancurkan, bukan menjadikan negeri ini menjadi lebih baik dan sejahtera, tetapi mereka malahan saling serang. Habis semuanya ketika 2 institut hukum tersebut saling menyerang” Ujar Bani. Beliau menambahkan bahwa BEM REMA UNY sendiri mengharapkan untuk Indonesia satu, Indonesia sejahtera, dan Indonesia berdaulat tanpa ada kecurangan hukum dimanapun.

Pernyataan Bani di perkuat oleh BEM KM UGM yang di wakili Menko Eksternal, Ahsan Ramadhan menyatakan secara tegas bahwa alasan mereka aksi untuk menunjukkan bahwa pergerakan Mahasiswa Indonesia belum mati serta mengkritik kebijakan hukum yang dinilai bersifat tumpul untuk kaum atas. Hal ini di ungkapkan dengan kalimat “Kami mahsiswa Indonesia mendukung penegakan hukum yang bersih, yang adil, yang tidak melakukan kriminalisasi dan politisasi.”

Perwakilan Mahasiswa BEM AMIKOM pun sepakat dengan UNY dan UGM serta menyatakan gagasannya bahwa Mahasiswa harus menjadi aposisi dan mengawal jalannya pemerintahan.

“Bukan saatnya kita hanya berdiam diri disini, karena masih banyak di atas sana yang harus kita kawal, harus kita teliti, banyak orang yang masih mempermainkan hukum.” Ujar perwakilan Mahasiswa AMIKOM tersebut.

Semangat Mahasiswa yang bergelora ternyata mengundang antusiasme masyarakat. Salah satu warga setempat ikut menyatakan gagasannya bahwa masyarakat Indonesia kecewa dengan keputusan Presiden yang kurang tegas dalam memilih calon KAPOLRI, kecewa karena belum menyelesaikan permasalahan secara tuntas masalah kriminalisasi terhadap KPK, dan yang terakhir ingin permasalahan segera di selesaikan karena merasa curiga adanya “kongkalikong” dalam kasus tersebut.

Suasana semakin memanas, di tambah lagi pernyataan dari perwakilan dari BEM UMY yang menyatakan bahwa Mahasiswa sebagai agen of change, agen of control yang dapat melakukan perubahan melalui demokrasi dan propoganda media. “Indonesia kaya, Indonesia kaum intelektual, Indonesia kaum budayawan. Tetapi moralitas hancur di bangsa ini, moralitas di curi oleh pejabat yang koruptor. Indonesia sudah jauh dari kata sejahtera. Tunduk tertindas atau bangkit melawan!!!”

Tak hanya kaum intelektual yang berpartisipasi dalam aksi ini, namun kaum buruh pun ikut bersuara. Kaum buruh tersebut menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan kesejahteraan kaum buruh.

Aksi ini di akhiri dengan pembacaan tuntutan dan janji Mahasiswa yang diwakili oleh Presiden BEM UGM, Satria. Berikut tuntutannya

  1. Mendukung KPK untuk terus melanjutkan pemeriksaaan perkara BG
  2. Mengawal kebijakan Presiden terkait pengangkatan BH sebagai KAPOLRI baru dan PLT pimpinan KPK
  3. Menuntut Presiden menghentikan kriminalisasi terhadap KPK dan mengembalikannya seperti semula.

 

Mahasiswa secara serentak mengikrarkan janji sekaligus sebagai penutup aksi sore itu

  1. Kami Mahaswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
  2. Kami Mahaswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang tegakkan keadilan.
  3. Kami Mahaswa Indonesia bersumpah, bebahsa satu, bahasa tanpa kebohongan.

Haris Fadilah selaku Presiden BEM REMA UNY mengaku bahwa aksi ini dilakukan bukan untuk mendukung salah satu pihak yang bersangkutan, namun aksi ini di tujukan agar kasus antara KPK dan POLRI segera selesai.

“Jangan sampai salah presepsi, disini kita bukan untuk memihak salah satu lembaga, tapi meminta pertanggung jawaban agar kasus KPK dan POLRI segera di selesaikan” ujar Haris.

Redaksi: Setya Ambar Palupi