Siapa nih sobat pusaka yang suka pantai? Sudah pernah ke Pantai Samas belum? Kalau belum, yuk simak informasi tentang pantai berpasir hitam ini. Artikel kali ini akan mengulas kunjungan Pasukan Pusaka ke Pantai Samas pada 11 November lalu.

Pantai Samas yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta ini pertama kali dibuka sebagai destinasi wisata sekitar tahun 1970-an. Namun, pantai yang dulunya eksis ini sekarang sudah kalah pamor dengan pantai di sekitarnya, contohnya saja Pantai Goa Cemara. Dulunya, Pantai Samas seringkali dijadikan tempat pengambilan gambar untuk video klip bahkan menjadi latar produksi film “Bernafas dalam Lumpur”. Eksistensi Pantai Samas dirasa menurun sejak pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah daerah setelah sebelumnya dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Terdapat beberapa hal yang dirasa menyebabkan menurunnya minat wisatawan terhadap pantai ini. Misalnya, kurang tersedianya wahana, fasilitas, dan infrastuktur yang memadai. Kegiatan yang dapat dilakukan di pantai ini juga dirasa kurang variatif. Berdasar fakta di lapangan, tidak terlihat adanya pohon-pohon peneduh di sepanjang pantai. Sebenarnya masyarakat setempat sudah mengusahakan untuk menanam pohon sebagai peneduh agar para wisatawan tidak kepanasan. Namun, struktur tanah yang kurang sesuai mengakibatkan pohon-pohon tidak dapat tumbuh dengan baik dan mudah tergerus ombak pantai. Minimnya promosi dan publikasi juga dinilai memengaruhi minat wisatawan. Selain itu, pengembangan Pantai Samas terhambat sebab kurangnya atensi dari pemerintah daerah sendiri. Sedangkan di sisi lain, masyarakat tidak dapat mengembangkan pantai karena terjerat peliknya masalah perijinan.

Pemerintah daerah sendiri sesekali berkunjung sekaligus mengadakan observasi ke Pantai Samas. Namun, hingga kini belum juga ada tindak lanjut yang dilakukan untuk mengembangkan pantai ini. Pemerintah dinilai tebang pilih dengan lebih memprioritaskan pengembangan pantai lain seperti Pantai Goa Cemara dan Pantai Parangtritis.

Meski tidak sepopuler dulu, sampai sekarang Pantai Samas masih dikunjungi wisatawan. Biasanya wisatawan yang berkunjung akan berswafoto di bangunan yang dibangun secara swadaya oleh pemuda setempat dengan membayar retribusi sebesar Rp5000,00. Kegiatan lain yang biasa dilakukan di pantai ini yaitu memancing ikan dan berolahraga jogging. Wisatawan seringkali datang pada pagi hari karena kondisi udara yang masih segar dan cuaca panas yang belum menyengat terik. Selain itu, kondisi lingkungan yang baik ini acap kali menjadi incaran para pasien yang sedang dalam masa terapi pemulihan penyakit paru.

Dewasa ini, hanya sedikit masyarakat asli setempat yang masih bertahan dan tinggal di sekitar Pantai Samas. Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani dan nelayan yang mana menyesuaikan musim yang belangsung. Pada musim tani, mereka akan bercocok tanam. Setelah masa panen usai, akan beralih profesi dan melaut. Di pantai terlihat beberapa kapal nelayan yang berlabuh. Biasanya, hasil laut yang diperoleh akan dijual di tempat pelelangan ikan yang berada tak jauh dari lokasi pantai.

Gimana informasi kali ini? Menarik, kan? Yuk, bersama-sama main ke Pantai Samas dan kembalikan lagi eksistensi pantai cantik ini. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, byeee 😊

Oops, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan di manapun kalian berada ya teman-teman, hehee.

 

Kawan Pusaka