PSEUDOSAINS

Pseudosains (Pseudoscience) adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu bidang yang menyerupai ilmu pengetahuan namun sebenarnya bukan merupakan ilmu
pengetahuan. Sesuatu yang menyerupai ilmu pengetahuan ini tidak valid dan memiliki banyak kekurangan, tidak rasional dan cenderung dogmatis.

Pseudosains bisa juga dikatakan kumpulan pandangan yang berada di luar lingkup ilmiah. Aspek seni, nilai, kreatifitas, spiritualitas, sugesti, dan bagi banyak orang, merupakan aspek yang sangat penting dari eksistensi manusia. Subyek nonsains biasanya mudah dipisahkan dari sains.

Pseudosains terjadi ketika hal-hal nonsains dicoba untuk dinyatakan sebagai sains ketika terjadi masalah atau keraguan. Pseudosains muncul ketika ada yang mengklaim bahwa telah dibuktikan secara ilmiah, Padahal sebenarnya keyakinan dan kepercayaan kadang-kadang menjadi pseudosains ketika ada orang yang berusaha mempopulerkan suatu keyakinan atau kepercayaan sebagai sesuatu fakta yang sudah terbukti secara ilmiah. Argumentasi seperti ini seringkali muncul ketika sains belum dapat menemukan jawabannya

Karakteristik kunci dari pseudosains adalah bahwa hal itu tidak sesuai dengan metode ilmiah. Ini berarti bahwa klaim ilmu ini terhadap suatu hal tidak dapat diuji, dan tidak mengikuti urutan logis. Banyak konsep-konsep ilmiah tidak dapat diuji dengan peralatan yang ada. Pseudosains tidak memiliki dukungan ilmiah, dan tidak dapat diuji.

Dalam sains, kegagalan dalam satu studi memang selalu dicari, karena teori-teori yang salah seringkali dapat membuat prediksi yang tepat meskipun itu karena faktor kebetulan. Dengan kegagalan ini akan tercipta teori yang benar, ketika teori yang benar telah ditemukan, prediksi yang dibuatkan pun tidak akan salah. Dalam pseudosains kegagalan akan selalu diabaikan, dimaafkan, disembunyikan, tidak dihitung,  dirasionalisasikan agar selalu benar, dilupakan, dan dihindari. Berikut beberapa studi kasus seputar pseudosains:

  1. Teori aktivasi otak tengah: mengklaim bahwa aktivasi otak tengah dapat meningkatkan kecerdasan berfikir, emosi dan motivasi seseorang. Kenyataannya adalah otak tengah tidak memiliki fungsi berpikir, emosi, dan motivasi. Otak tengah yang merupakan bagian dari batang otak memiliki fungsi otak primitif yaitu mekanisme pertahanan diri dan refleks-refleks pada fungsi vegetatif. Sedangkan kemampuan berpikir, proses belajar, dan memori terutama terletak pada korteks dan subkorteks.
  2. Terapi urin : menjadi tren 10 tahun yang lalu, sampai buku terapi urin banyak diterbitkan dan dipajang di took buku. Namun sekarang tampaknya trennya sudah berakhir, tidak ada lagi orang yang mau minum urin paginya. Pada kenyataannya urine (air kencing) adalah hasil eksresi (buangan) dari tubuh manusia yang tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh manusia.
  3. Kombinasi makanan dan diet berdasar golongan darah: Whitney dan Rolfes (2005) dalam bukunya Understanding Nutrition menyebutkan bahwa food combining adalah mitos. Seni mengatur pola makan dalam food combining yang  sebenarnya adalah menekankan pada pemisahan makanan, melambangkan logika yang salah dan underestimation terhadap kemampuan tubuh. Kenyataannya, makanan yang dikonsumsi bersama-sama dapat meningkatkan penggunaannya di dalam tubuh. Contohnya vitamin C dalam jeruk atau nanas dapat meningkatkan absorbsi besi (Fe) yang terdapat dalam daging, ikan atau bahan-bahan makanan lain yang mengandung besi yang dikonsumsi bersamaan. Walaupun selama ini dikenal penggolongan bahan makanan berdasarkan kandungan zat gizinya, seperti sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, namun bukan berarti bahwa bahan-bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari hanya mengandung satu jenis zat gizi saja. Contohnya, ketika mengonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat, di dalamnya terkandung protein, lemak, dan zat gizi lain dengan kadar yang bervariasi. Demikian halnya daging, susu dan sumber protein lainnya, juga mengandung karbohidrat dengan kadar yang bervariasi.
  4. Beberapa pengobatan alternative lainnya seperti iridologi (diagnosis penyakit sitemik dengan melihat warna dan tekstur dari iris mata), palpasi pada bagian tubuh tertentu untuk mendiagnosis adanya kelebihan asam urat, fungsi liver, fungsi ginjal, dll, merupakan pseudosains yang tidak didukung oleh langkah-langkah berpikir ilmiah dan evidence based.

Oleh karena itu, terdapat beberapa hal dapat dilakukan untuk menyikapi fenomena pseudosains. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan,

  1. Cara Pertama, melawan segala bentuk pseudosains dengan sains itu sendiri (ilmu Pengetahuan). Gagasan maupun ide harus dilawan dengan gagasan atau ide yang sesuai dengan metodologi keilmuan dari berbagai aspek epistemologis, aksiologis, hingga ontologis. Sains dibangun dari sumber-bumber fisis yang dapat dikaji ulang oleh orang lain dan semua yang bersifat sains bermula dari premis-premis empiris dan bebas dibuktikan oleh siapapun.
  2. Cara Kedua, terdapat dua sikap yang perlu dirawat dan dilakukan dalam memahami sains, yakni berupa berpikir kritis dan bersikap skeptis. Sains bukan sebatas kumpulan data maupun fakta, melainkan sebuah cara berpikir. Frasa “cara berpikir” inilah yang kemudian harus ditekankan dan menjadi perhatian pada ruang-ruang diskursus pengetahuan. Di luar itu, ketika ditarik pada periodesasi peradaban keilmuan, ada tiga masa yang telah berjalan, yakni zaman iman (faith age), zaman nalar (reason age), dan zaman tafsir (interpretation age). Dan pada saat ini peradaban berada pada zaman tafsir. Maklum, ketika kemudian mudah melakukan penafsiran tanpa memperhatikan otoritas keilmuan yang ada. Dilema ini kemudian melahirkan jurang pemisah antara ilmuwan dan nonilmuwan, antara tirai ketakpahaman dan persoalan komunikasi.
  3. Cara Ketiga memberikan pemahaman atau menyampaikan manfaat dari sains itu sendiri ke berbagai media seperti radio, TV, surat kabar, dan lain-lainnya supaya masyarakat sadar akan pentingnya sains. Pemahaman mendasar mengenai sains dan metodenya harus tersedai dengan seluas-luasnya. Terlepas dari banyaknya kesempatan penyalahgunaan sains dapat membantu masyarakat keluar dari kemiskinan dan kemunduran pemikiran. Sains juga mengingatkan kita mengenai bahaya-bahaya yang diperkenalkan oleh teknologi. Sains mengajari kita tentang masalah-masalah terdalam terkait asal-usul, hakikat dan nasib spesies.

C. Penutup

Lanjutkan membaca…