KITA

Tahun ini adalah tahun 2014, tentu saja. Apa yang istimewa? Mungkin tahun ini menjadi tahun sibuknya masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, jika tahun ini saja terdapat dua pesta besar yang sedang hangat menjadi bahan perbincangan dimana-mana. Benar, tahun ini adalah tahun pesta sepak bola dunia yang sedang berlangsung di Negeri Samba sana. Namun, jangan lupakan bahwa sekarang juga menjadi tahun pesta demokrasinya rakyat Indonesia, pemilu, yang katanya menjadi pesta demokrasi bagi kita warga Indonesia. Masyarakat dunia di luar sana mungkin banyak yang sedang sibuk mendukung tim kebanggaannya di turnamen akbar empat tahunan itu, tak menutup kemungkinan bahwa kita salah satu di antara mereka, tapi bagi kita, warga negara Indonesia, ada hal yang menarik selain itu.

Kita akan menentukan pemimpin baru kita, yah orang yang akan mengatur keberlangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia lima tahun ke depan. Dan pastinya kalian semua telah mengetahui siapa bakal calon pemimpin kelak kita tanpa saya menyebutkan siapa.Kita sebagai mahasiswa dalam istilah agent of change, agent of social control, and iron stock secara nyata menunjukkan tugas historis kita sebagai agen yang mewakili masyarakat untuk mengontrol dan mengawasi berbagai kebijakan pemerintah, pelopor terwujudnya perubahan sosial yang lebih baik, serta sebagai calon penerus generasi kepemimpinan bangsa di masa mendatang. Masih ingatkah kita bahwa gerakan mahasiswalah yang telah mengantarkan bangsa Indonesia ke dalam kehidupan reformasi yang sampai sekarang masih kita rasakan sampai saat ini. Mahasiswa sebagai kalangan akademisi seharusnya menjadi pelopor pemilih yang cerdas agar pemerintahan benar-benar menjalankan negara sesuai apa yang memang seharusnya dijalankan. Mahasiswa dan segenap rakyat Indonesia harus menggunakan kedaulatan diri mereka untuk memilih wakil di pemerintahan secara bijaksana.

Setiap warga negara tentunya secara bebas menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Mahasiswa sebagai kelompok intelektual yang penuh idealisme haruslah membuka pandangan baru mengenai sosok pemimpin yang benar-benar layak untuk memimpin negara ini. Terdapat hal teknis yang bisa dilakukan mahasiswa untuk memastikan pemilu berlangsung sesuai harapan, antara lain menjadi bagian dari tim pengawas, panitia penyelenggara, kampanye pemilih cerdas, ataupun mendukung kandidat tertentu. Mahasiswa sebagai pilar penegak demokrasi yang juga bagian dari pemilih dan memiliki intelektual tinggi mudah untuk mempengaruhi masyarakat banyak. Seharusnya mahasiswa dapat memberikan pemahaman demokrasi kepada masyarakat melalui sebuah proses yang dinamakan pemilu.

Saat ini rasa idealisme seorang mahasiswa sedang ditantang. Kita harus menjadi pemilih yang cerdas. Dan istilah menjadi pemilih yang cerdas tersebut masih menjadi pertanyaan. Bagaimanakah seorang pemilih yang cerdas itu? Untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas, pemilih harus menggunakan hak pilihnya dengan cerdas. Memilih dengan cerdas, berarti memilih dengan menggunakan akal sehat dan hati nurani. Memilih dengan akal sehat, berarti kita memilih dengan menggunakan penilaian yang objektif, tanpa dipengaruhi oleh faktor uang, hubungan kekerabatan, suku, daerah, agama, dan lain-lain. Memilih dengan hati nurani, berarti kita harus melihat dengan hati nurani kita, siapa sebenarnya calon yang akan kita pilih, bagaimana kualitas moralnya, kualitas intelektualnya dan keterampilan profesional yang dimilikinya. Yah, tentu saja kita harus rasional dalam memilih sosok pemimpin yang ideal yang akan mengabdi kepada mayarakat dan dapat melayani kebutuhan rakyat itlah yang kita butuhkan.

Apakah kalian akan menjadi pemilih yang cerdas?

Itu semua tergantung diri kalian sendiri

Ririh Ratiwi/ 13302241069

Pendidikan Fisika C 2013

Sekolah Menulis 2014