(PASAR: CERMINAN EKONOMI KERAKYATAN)
Pasar. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “pasar”? Kumuhkah? Atau penuh dengan umpatan tawar-menawar?

Pasar, identik dengan yang namanya pasar tradisional. Pasar tradisional biasa diidentikan dengan pasar yang kumuh, kotor, berantakan dan tidak beraturan. Sebagian besar bahkan sampai meluber ke jalanan. Sebagian orang bahkan lebih memilih ke swalayan untk berjualan daripada ke pasar tradisional.

Tidak banyak orang menyadari, bahwasanya pasar merupakan kehidupan bagi banyak orang. Jika saja semua dari kita berpikir, ketika kita membeli di pasar, berapa orang yang bisa kita bantu? Berapa banyak orang yang merasa senang ketika kita disana? Ketika kita membeli di pasar, banyak pilihan yang bisa kita dapat yang tidak kalah menarik dan berkualitas ketika kita berbelanja di swalayan. Ketika kita membeli keperluan di pasar, akan banyak pedagang –yang notabene merupakan pencari nafkah di pasar- mendapat penghasilannya.

Ketika mereka mendapatkan penghasilan, keluarga merekalah yang juga mendapatkan efeknya. Dilihat dari sudut pandang lain, mereka para pedagang juga memberi kita banyak manfaat. Mulai dari memberikan banyak opsi jenis barang yang dapat kita dapatkan, opsi harga yang bisa kita dapatkan, sampai opsi barang substitusi yang bisa kita beli. Ketika kita berbelanja di swalayan, siapa yang kita untungkan? Bukankah hanya segelintir orang saja yang mempunyai modal, dalam hal ini kita sebut sebagai kaum kapitalis?

Swalayan memang semakin digemari oleh para konsumen terutama karena tempatnya yang dianggap lebih nyaman dan berkelas. Tapi lihatlah, kita tentunya tidak dapat melakukan tawar-menawar di swalayan. Padahal disebutkan dalam hukum ekonomi bahwa harga keseimbangan terjadi ketika titik penawaran bertemu dengan titik permintaan. Bukankah hukum itu akan tertepis ketika kita berbelanja di swalayan? Jadi, apakah hukum ekonomi tersebut salah? Tentu saja tidak ketika kita melakukan itu di pasar tradisional.
Banyak orang yang tentu menyadari akan hal itu, namun mereka tetap saja berdalih bahwa swalayan bagaimanapun lebih dari pasar tradisional. Padahal telah kita rasakan bahwa pasar-lah tiang dari ekonomi kerakyatan. Pasar, merupakan tempat dimana rakyat bisa melangsungkan kehidupannya. Bukankan tak berlebihan ketika pasar disebut sebagai cerminan ekonomi kerakyatan?

Tidak bisa dipungkiri memang pasar tradisional yang kita lihat sekarang notabene merupakan pasar yang tidak teratur dan mengganggu lalu lintas jalan raya. Padahal dengan menilik dari segi ekonomi kerakyatan, bukankan pasar menjadi tempat yang sangat strategis untuk menunjang kesejahteraan rakyat?
Harus ada langkah konkrit agar potensi ekonomi kerakyatan di dalam pasar tidak menguap begitu saja karena ada swalayan. Pasar tradisional sekarang haruslah dibenahi agar tidak tertinggal dengan semakin banyaknya pesaing (swalayan, mini market) yang semakin menjamur. Harus ada revitalisasi pasar dengan program-program menunjang didalamnya. Disini bisa kita artikan bahwa selain ada kegiatan yang lazim terjadi di pasar tradisional (tawar-menawar, dan lainnya), harus ada juga penertiban secara kontinu bagi pedagang yang meluber di jalanan. Dalam hal ini, bukan hanya pedagang di gusur, namun harus ada penyelesaian yang lebih bijak, contohnya memberikan lahan lain untuk mereka berjualan. Kebersihan dalam pasarpun harus selalu bisa terjaga. Ini bisa dilakukan dengan mengimbau seluruh warga pasar (pedagang dan pembeli) untuk sama-sama sadar akan kebersihan dalam pasar.

Selain itu bisa juga dengan mendatangkan petugas kebersihan khusus (semacam cleaning service) yang memang mereka dibayar khusus untuk menjaga kebersihan pasar. Disini ditekankan bahwa harus ada tanggung jawab dari pemerintah, yang juga turut mengatur kehidupan di dalam pasar tanpa menghilangkan hakikat pasar itu sendiri sebagai tempat jual beli dan tawar menawar. Dengan begitu pasar tradisional tetap bisa mempesona para konsumen, namun juga tak kehilangan karisma sebagai cerminan ekonomi kerakyatan.

Siti Sulastri
Pendidikan IPA 2010
FMIPA UNY
Sekaligus siswa School of Excellent Leader BEM FMIPA UNY 2012